Thariqah Syadzaliyah
Tarekat yang pendirinya dinisbatkan kepada Imam Abul Hasan ‘Ali asy-Syadzilli al-Hasni.
Asy-Syadzli merupakan keturunan dari Rasulullah SAW dari jalur Hasan bin Ali bin Abu Thalib.
Nama lengkapnya adalah Imam Abul Hasan ‘Ali asy-Syadzili putra dari ‘Abdullah putra ‘Abdul Jabbar bin Tammim bin Humuz bin Hatim bin Qudai bin Yusuf bin Yusya bin Wird bin Abi Baththal’ Ali bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa bin Idris bin’Umar bin Idris Ibnu Abdillah bin Hasan al-Mutsanna bin Sayyid Hasan as-Sibthi bin’Ali bin Abi Thalib k.w. Ibnu Fathimah binti Rasulullah SAW.
Asy-Syadziili tumbuh dewasa di desanya dan sibuk dalam menuntut ilmu agama sampai memahaminya.
Kemudian meniti ilmu tasawuf dengan sungguh-sungguh sehingga ia muncul dan khabarnya terdengar sampai ke daerah lain.
Begitu hebatnya, jika ia berpergian dan menaiki kendaraan, maka para pengikut-pengikutnya mengelilinginya mulai dari orang-orang sufi sampai para pembesar.
Di atas kendaraannya dikibarkan bendara dan tabuhan gendrang yang mengiringi perjalanannya.
Di antara rombongan yang berseru “Barangsiapa yang ingin bertemu dengan Wali Quthub Qhauts, maka inilah Imam asy-Syadzili.”
Imam asy-Syadzili memperoleh mandat (ijazah) tasawuf dari dua orang guru.
Yang pertama dari Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Abu al-Hasan ‘Ali yang dikenal dengan nama Ibnu Harazim.
Yang kedua dari ‘Abdillah’ Abdus Salam bin Masyisy yang merupakan seorang guru yang sangat disegani.
Imam asy-Syadzili memiliki sanad lain yaitu dari Abdus Salam bin Masyisy dari Abdurrahman al-Madani az-Zayyat dari Syuaib Abu Madyan dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dari Sa’id al-Mubarak dari Hasan ali dari Yusuf dari Abu Faraj ath-Thurthusi dari Abu al-Fadhal Abdul Wahab at-Tamimi dari Abi Jahdar asy-Syibili dari Abu Qasim al-Junaid al-Bagdadi sampai ke Rasulullah SAW.
Beliau mencapai maqam “al-Fardaniyah” yang merupakan satu maqam yang dalam satu masa tak boleh ada dua orang yang mendudukinya di dunia.
Hal tersebut telah disepakati oleh orang-orang di masanya. Ia diperintah di depan para wali besar untuk mengatakan “Kakiku di atas kening semua wali.” Ia mengatakan kata-kata tersebut tanpa disertai rasa sombong sedikitpun.
Suatu ketika ia ditanya siapa gurunya? Ia menjawab. “ Dulu guruku adalah Abdus Salam bin Masyisy.’ Sekarang aku menimba ilmu dari sepuluh macam samudra yaitu lima saudra di langit dan lima samudra di bumi.
Lima samudra dari langit Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, dan Ruh.
Sedangkan lima samudra di bumi yaitu Abu bakar, ‘Umar’, ‘Usman, ‘Ali dan Nabi SAW”.
Para ulama besar di masa itu mengaji kepada Imam asy-Syadzili seperti Izzudin Ibnu Abdis Salam, Taqiyuddin Ibnu Daqiqi al-id, Abdul Azim al-Mundziri, Ibnu Shalah, Ibnu al-Hajib, Jamaludin Ushfur, Nabihuddin bin Auf.
Mereka ini adalah ulama besar yang mendunia pada masa itu.
Di antara karamahnya adalah bahwa ada sebagian ulama yang mengkritik hizib al-bahar, ia menjawab, “Demi Allah, aku menulis Hizib tersebut langsung dari lisan Rasulullah SAW huruf demi huruf.”
Ia juga berkata, “Sekiranya tidak takut bertentangan dengan syariat, tentulah aku akan menceritakan sesuatu yang akan terjadi esok, lusa sampai hari kiamat.”
Ia juga berkata, “Ilmu di hati itu sama dengan dirham dan dinar di tangan.
Kadang bermanfaat bagimu, kadang menimbulkan bahaya.”
‘Imaduddin Qadhi mengisahkan, ada seorang perempuan dari Iskandariah yang semasa hidupnya banyak melakukan dosa.
Perempuan itu telah meninggal dunia. Pada suatu hari ada seorang bermimpi melihatnya dalam keadaan baik-baik saja.
Perempuan itu ditanya, Bagaimana keadaanmu? perempuan itu menjawab. Imam asy-Syadzili sekarang ini telah wafat dan dikebumikan di Humaisyarah (Mesir).
Allah mengampuni semua orang yang meninggal di dunia dari Timur sampai Barat karena mendapat keberkahan Imam asy-Syadzili.
Dan aku termasuk orang yang diampuni Allah karena keberkahannya.
Mimpi tersebut terjadi ketika ‘Imaduddin Qadhi menunaikan ibadah haji.
Ketika jamaah haji datang mereka membawa kabar mengenai wafatnya Imam asy-Syadzili.
Ternyata kejadian dalam mimpi tersebut sesuai dengan tanggal wafatnya Imam asy-Syadzili yang wafat pada bulan Syawal tahun 656 Hijriyah pada usia 63 tahun.
Sumber :
http://radytasinta.blogspot.com/2017/06/macam-macam-thoriqoh-dan-tokoh.html
http://radytasinta.blogspot.com/2017/06/macam-macam-thoriqoh-dan-tokoh.html
No comments:
Post a Comment