Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadin qamaril wujuudi fii hadzaal yawmi wa fii kulli yawmi wa fii yaumil maw’uudi sirran wa jahran fid dunyaa wal ukhra wa ‘ala aalihii wa shahbihii wa sallim
Showing posts with label Kisah. Show all posts
Showing posts with label Kisah. Show all posts

Sunday, August 18, 2019

Syeikh abdul qadir aljilani q.s bersama seorang pemabuk

Kisah ini diriwayatkan dari Syeikh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullah. Pada suatu saat, ketika Syeikh Abdul Qadir bersama-sama santri-santrinya sedang berjalan melewati sebuah gang di kota Baghdad Lama, tetiba mereka bertemu dengan seorang pemabuk yang sedang terbaring di selokan di pinggir jalan. Pakaiannya kotor dan kumuh. Tanpa terduga, pemabuk itu menghentikan langkah rombongan Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan santri-santrinya.

Ia memanggil-manggil Syeikh Abdul Qadir al-Jailani seraya berkata, “Wahai Abdul Qadir, Allah itu Maha Kuasa atau tidak?”

sambil tersenyum ramah Syeikh Abdul Qadir menjawab pertanyaan itu, “Tentu. Allah Maha Kuasa.”

Seolah tidak mendengar jawaban Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, pemabuk bertanya kembali, “Wahai Abdul Qadir, Allah itu Maha Kuasa atau tidak?”

Dengan tersenyum penuh kasih sayang, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani meladeni pertanyaan pemabuk itu, “Pasti. Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa atas segalanya.”

Untuk yang ketiga kalinya, pemabuk itu mengajukan pertanyaan yang sama, “Wahai Abdul Qadir, Allah itu Maha Kuasa atau tidak?”

Disaat pertanyaan yang ketiga, tetiba Syeikh Abdul Qadir al-Jailani menangis tersedu. Beliau bersujud kepada Allah lalu berkata, “Demi Allah, wahai saudaraku. Allah itu Maha Kuasa, Maha Kuasa, Maha Kuasa.”

Setelah itu, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani memerintahkan kepada santri-santrinya untuk membawa pemabuk itu ke pondok dan memandikannya. Mereka juga diperintahkan untuk memuliakan dan melayaninya dengan sebaik-baiknya.

Melihat sikap dan tindakan gurunya, santri-santri itu terkejut dan penasaran. Akhirnya, Mereka memberanikan diri untuk bertanya tentang rahasia di balik pertanyaan-petanyaan pemabuk itu.

Syeikh Abdul Qadir al-Jailani mendengar pertanyaan santri-santrinya dengan sabar penuh perhatian. Beliau lalu berkata, “Anak-anakku, maksud pertanyaan pertama pemabuk itu adalah, apakah Allah Maha Kuasa menerima taubatku atau tidak? Maka aku jawab: Tentu. Allah Maha Kuasa untuk menerima taubatmu. Sedangkan, maksud pertanyaan yang kedua adalah, apakah Allah Maha Kuasa menjadikanku berada pada kedudukanmu? Maka aku menjawab: Tentu. Allah Maha Kuasa untuk itu. Dan pada pertanyaan yang ketiga maksudnya, apakah Allah Maha Kuasa menjadikanmu berada pada kedudukanku? Pertanyaan ketiga inilah yang menyebabkanku menangis karena takut kepada Allah. Lalu aku jawab dengan hati tergetar: Tentu. Allah Maha Kuasa, Maha Kuasa, Maha Kuasa. Pertanyaan itu pula yang mendorongku untuk bersujud dan berdoa kepada Allah agar tidak menjadikanku merasa aman terhadap rencana Allah. Semoga Allah memelihara kesehatanku dan menutupi aibku.”

Pelajaran penting yang bisa dipetik dari kisah ini adalah agar kita tidak tertipu dengan kedudukan, amal perbuatan dan ilmu yang kita miliki. Maha Suci Dzat yang senantiasa mengubah dan tidak pernah berubah. Dalam sujud ketika shalat, senantiasalah kita berdoa “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”

Sumber : Dr. Abd al-Fattah Qudaisy al-Yafi’iy, Sana’a University.

Kisah Menjaga Kehormatan Orang Lain


Dikisahkan, bahwa suatu hari para sahabat sedang berkumpul di masjid. Lalu terciumlah bau kentut diantara mereka, sehingga membuat para sahabat tidak tahan dengan bau tersebut, salah seorang dari mereka berdiri dan berkata, 

“Barangsiapa yang kentut, silakan bangun”. Hening, tak seorang pun berdiri.

Ketika datang waktu Isya mereka berkata, “Orang yang kentut pasti akan berwudhu setelah ini. Orang itulah yang kentut”. 

Setelah itu, para sahabat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang keluar. Masih seperti tadi, tak seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya, mungkin malu. 

Lalu Bilal bangun untuk mengumandangkan adzan. Kemudian Nabi Muhammad berkata: “Tunggu dulu, aku belum batal, tapi aku hendak berwudhu lagi."

Lalu para sahabat pun ikut berwudhu dan tidak diketahui siapa yang kentut waktu itu.

kisah di atas menceritakan bagaimana seharusnya seorang muslim menjaga kehormatan saudaranya. Bukan malah menertawakannya atau menyebarkan aibnya.

Abu Hurairah berkata, Nabi bersabda :

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.

“... siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya.”|

Monday, September 24, 2018

Isra mi'raj

Kisah Isra Mikraj

Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah,yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

    Hadits tentang Isra' Mi'raj nabi

Riwayat tentang perjalanan malam nabi dan diangkatnya dia ke langit untuk bertemu langsung dengan Allah dan menerima perintah kewajiban salat di lima waktu terdapat dalam Kitab Hadits Shahih milik Imam Muslim

    "...dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah didatangi Buraq Yaitu seekor binatang yang
    berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut    mencapai ujungnya." Dia bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis." Dia bersabda lagi:
    "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa
    dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid
    dan mendirikan salat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus
    keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk
    arak dan semangkuk susu, dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril
    berkata, 'Kamu telah memilih fitrah'. Lalu Jibril membawaku naik ke
    langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan,
    'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa
    yang bersamamu?' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi,
    'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutus.'
    Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi
    Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku
    dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan
    pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab,
    'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril
    menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah
    diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun
    dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam
    dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku
    dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun
    meminta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan, 'Siapakah kamu? '
    Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu?
    ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia
    telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu
    pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf
    Alaihis Salam, ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang
    sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan
    kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta
    supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah
    kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah
    bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi,
    'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah
    diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu
    dengan Nabi Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku dan mendoakan
    aku dengan kebaikan. Allah berfirman: '(...dan kami telah mengangkat
    ke tempat yang tinggi darjatnya) '. Aku dibawa lagi naik ke langit
    kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara
    bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril
    ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'.
    Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab,
    'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami.
    Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam, dia terus
    menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik
    ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu.
    Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab,
    'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril
    menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah
    diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun
    dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia
    terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi
    naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran
    suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawabnya, 'Jibril'.
    Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab,
    'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? '
    Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan
    kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam,
    dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur.
    Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat.
    Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur).
    Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti
    telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan." Dia bersabda:
    "Ketika dia menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha
    berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu
    menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu Allah memberikan
    wahyu kepada dia dengan mewajibkan salat lima puluh waktu sehari
    semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia
    bertanya, 'Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu?
    ' Dia bersabda: "Salat lima puluh waktu'. Nabi Musa berkata,
    'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak
    akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan
    menguji mereka'. Dia bersabda: "Aku kembali kepada Tuhan seraya
    berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku'. Lalu
    Allah subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu salat dari dia'.
    Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah
    mengurangkan lima waktu salat dariku'. Nabi Musa berkata, 'Umatmu
    tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu,
    mintalah keringanan lagi'. Dia bersabda: "Aku masih saja bolak-balik
    antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: 'Wahai
    Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari semalam.
    Setiap salat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka
    itulah lima puluh salat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat,
    untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan
    dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka
    dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang
    berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya,
    niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia
    mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'. Aku
    turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu
    kepadanya. Dia masih saja berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu,
    mintalah keringanan'. Aku menjawab, 'Aku terlalu banyak
    berulang-ulang kembali kepada Tuhanku, sehingga menyebabkanku malu
    kepada-Nya'."
    — Shahih Muslim 

    Perbedaan Isra dan Mikraj
Seringkali masyarakat menggabungkan Isra Mikraj menjadi satu peristiwa
yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mikraj merupakan dua peristiwa
yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad S.A.W

menunaikan salat lima waktu.

   
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga,
karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada nabi
lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha

pendapat lain....

KISAH PERJALANAN ISRA MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

 Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW – Seringkali di kalangan masyarakat kita, dalam mendefinisikan isra dan mi’raj, mereka menggabungkan Isra Mi’raj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Dan untuk meluruskan hal tersebut, pada kesempatan ini saya bermaksud mengupas tuntas pengertian isra dan mi’raj, sejarah isra mi’rajnabi muhammad SAW serta hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.

 Definisi Isra dan Mi’raj

Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.

Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.

Kisah Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAw

Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.

Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”

“tidak tahu”, kata Rasul.

“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.

Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu

Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul bertanya : “Siapakah mereka ?”

“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.

Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).

Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.

Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.

Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“.

Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.

“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.

Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.

Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.

Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu

Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.

Mandapat Mandat Shalat 5 waktu

Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi ? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.

Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrel pun, Al – Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.

Hikmah Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW

Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.

Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?

Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.

Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.

Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.

Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.

Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.

Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.

Mengenal Kompleks Masjid Al-Aqsa

Al-Masjid El-Aqsa merupakan nama arab yang berarti Masjid terjauh. 10 tahun setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, beliau melakukan perjalanan malam dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Jerusalem) dan kemudian menuju langit ketujuh untuk menerima perintah sholat 5 waktu dari Allah, peristiwa ini disebut Isra’ Miraj.

Sebelum turun perintah menjadikan Mekkah sebagai kiblat sholat umat muslim, selama 16 setengah bulan setelah Isra Miraj, Jerusalem dijadikan arah kiblat.

Ketika masih hidup, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat muslim untuk tak hanya mengunjungi Mekkah tapi juga Masjid Al-Aqsa yang berjarak sekitar 2000 kilometer sebelah utara Mekkah

Masjid Al-Aqsa merupakan bangunan tertua kedua setelah Ka’bah di Mekkah, dan tempat suci dan tempat terpenting ketiga setelah Mekkah dan Madinah.

Luas kompleks Masjid Al-Aqsa sekitar 144.000 meter persegi, atau 1/6 dari seluruh area yang dikelilingi tembok kota tua Jerusalem yang berdiri saat ini. Dikenal juga sebagai Al Haram El Sharif atau oleh yahudi disebut Kuil Sulaiman. Kompleks Masjid Al-Aqsa dapat menampung sekitar 400.000 jemaah (Masjid Al-Aqsa menampung sekitar 5.000 jamaah, selebihnya sholat di kompleks yang ber-area terbuka).

Pembangunan kembali kompleks Masjid Al-Aqsa dimulai 6 tahun setelah Nabi wafat oleh Umar Bin Khattab. Beliau menginginkan untuk dibangun sebuah masjid di selatan Foundation Stone (membelakangi Foundation Stone, menghadap selatan/Mekkah). Pembangunan tersebut dilakukan oleh Khalifah Ummayah Abd Al Malik Ibn Marwan dan diselesaikan oleh anaknya Al Walid 68 tahun setelah Nabi wafat dengan diberi nama Masjid Al Aqsha.

Di pusat kompleks Kuil Sulaiman, terdapat Foundation Stone yaitu batu landasan yang dipercaya umat Yahudi sebagai tempat Yahweh menciptakan alam semesta dan tempat Abraham mengorbankan Isaac. Bagi umat Islam batu ini adalah tempat Nabi Muhammad menjejakkan kakinya untuk Mi’raj. Untuk melindungi batu ini, Khalifah Abd Al Malik Ibn Marwan membangun kubah dan masjid polygon, yang kemudian terkenal dengan nama Dome of The Rock (Kubah batu).

Kekeliruan antara Masjid Al-Aqsa dengan Dome of The Rock dan Agenda Israel menghapuskan Masjidil Aqsa

Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama bagi Umat Islam sebelum dipindahkan ke Ka’bah dengan perintah Allah SWT. Kini berada di dalam kawasan jajahan Yahudi. Dalam keadaan yang demikian, disinyalir pihak Yahudi telah mengambil kesempatan untuk mengelirukan pengetahuan Umat Islam dengan mengedarkan gambar Dome of The Rock sebagai Masjidil Aqsa.

Tujuan mereka hanyalah satu: untuk meruntuhkan Masjidil Aqsa yang sebenarnya dan mendirikan kembali haikal Sulaiman. Saat ini, hanya “Tembok sebelah Barat” yang tersisa dari bangunan kuil atau istana Sulaiman yang masih berdiri, dan pada saat yang bersamaan tempat ini dinamakan “Tembok Ratapan/Wailing Wall” oleh orang Yahudi. Apabila Umat Islam sendiri sudah keliru dan sulit untuk membedakan Masjidil Aqsa yang sebenarnya, maka semakin mudahlah tugas mereka untuk melaksanakan rencana tersebut, karena bila Masjid Al-Aqsa diruntuhkan, kebanyakan umat tidak akan menyadarinya

Berikut disertakan terjemahan surat yang ditulis dan dikirimkan oleh Dr. Marwan kepada ketua pengarang harian “Al-Dastour” tentang kekeliruan umat dan hubungannya dengan rencana zionis.

Terdapat beberapa kekeliruan antara Masjidil Aqsa dan The Dome of The Rock. Apabila disebut tentang Masjidil Aqsa di dalam media lokal maupun internasional, foto The Dome of The Rock-lah yang ditampilkan. Alasannya adalah untuk mengalihkan masyarakat umum yang merupakan siasat Israel. Tinjauan ini diperoleh saat saya tinggal di USA, dimana saya telah mengetahui bahwa Zionis di Amerika telah mencetak dan mengedarkan foto tersebut dan menjualnya kepada orang arab dan Muslim. Kadangkala dijual dengan harga yang murah bahkan kadang diberikan secara gratis agar Muslim dapat mengedarkannya dimana saja. Baik dirumah maupun kantor.

Hal ini meyakinkan saya bahwa Israel ingin menghapuskan gambaran Masjid Al-Aqsa dari ingatan umat Islam supaya mereka dapat memusnahkannya dan membangun kuil mereka tanpa ada publikasi. Bila ada yang membangkang atau memprotes, maka Israel akan menunjukkan foto The Dome of The Rock yang masih utuh berdiri, dan menyatakan bahwa mereka tidak berbuat apa-apa. Siasat yang sungguh pintar! Saya juga merasa amat terperanjat ketika bertanya kepada beberapa rakyat arab, Muslim, bahkan rakyat Palestina karena mendapati mereka sendiri tidak dapat membedakan antara kedua bangunan tersebut. Ini benar-benar membuatkan saya merasa kesal dan sedih karena hingga kini Israel telah berhasil dalam siasat mereka.

Dr. Marwan Saeed Saleh Abu Al-Rub Associate Professor,

Mathematics Zayed University Dubai

Demikianlah, dengan kondisi yang mengkuatirkan ini, kita sebagai muslim hendaklah turut membantu menyebarkan informasi yang benar kepada saudara kita dan dunia. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari distorsi informasi lebih jauh yang akhirnya akan merugikan umat bila tidak disikapi dengan baik.

Hikmah
 Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW 

Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.

Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?

Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.

Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.

Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.

Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.

Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.

Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.

Wallahua’lam.

Sunday, August 26, 2018

Kisah Nabi Sholeh AS

Kisah Nabi Soleh AS
Tsamud adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama " Alhijir " terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.


Kisah Nabi Hud AS

Kisah Nabi Hud AS (هود)
Selesailah kisah kaum Nabi Nuh dalam sejarah. Mayoritas di antara mereka yang mendustakan ajarannya telah dihancurkan oleh topan. Sedangkan minoritas di antara mereka dapat kembali memakmurkan bumi sebagai wujud dari sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT kepada Nabi Nuh adalah:
"Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang takwa." (QS. al-Qashash: 83)
Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:
"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)
Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah datangnya topan, tiada yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali orang-orang yang beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di muka bumi dan setan mulai mengeluhkan pengangguran.
Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak, dan datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari penyembahan yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan kakek kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari topan.

Kisah Nabi Nuh AS

Kisah Nabi Nuh As (ونوح)
Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Bunga-bunga berguguran di sekitar kuburannya dan pohon-pohon dan batu-batuan tampak tidak bergairah. Banyak hal berubah di muka bumi. Dan sesuai dengan hukum umum, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu kembali terulang. Kesalahan dalam bentuk kelupaan, meskipun kali ini terulang secara berbeda.

Kisah Nabi Ilyasa' AS

Kisah Nabi Ilyasa AS (اليشع)
ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas wafat. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari'at dan metode nabi Ilyas. Al Qur'an tidak menguraikan tentang Nabi Ilyasa. Hanya dijelaskan.
"Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."(Q.S. Shaad : 48).

Kisah Nabi Dzulkifli AS

Kisah Nabi Zulkifli AS (ذو الكفل)
Seseorang yang telah ditentukan oleh Allah SWT untuk menjadi nabi dan rasul adalah hamba yang terbaik, sabar dan saleh. Tersebutlah nama Nabi Zulkifli ‘alaihis salam di antaranya. Ayah Nabi Zulkifli bernama Nabi Ayyub ‘alaihis salam. Ibunya bernama Rahmah. Dengan demikian, Nabi Zulkifli masih terhitung cucu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Sebetulnya nama asli Nabi Zulkifli ialah Basyar. Namun karena ia selalu mampu memegang amanat dan janji, maka dijuluki Zulkifli. Secara sederhana, Zulkifli berarti orang yang sanggup.

Saturday, August 25, 2018

Kisah Nabi Jirjis AS

Nabi Jirjis AS
Diceritakan dari Ibn ‘ Abbas bahwa Allah menugaskan Jirjis sebagai nabi-Nya dan mengirimkan dia ke raja dari Syria yang dikenal sebagai Kooraazaanaa dan para penyembah berhala. Jirjis berkata kepada raja itu, “wahai raja, terimalah ajaran ku. Hal yang engkau lakukan tak pantas dilakukan, menyembah apapun atau siapapun selain Allah. Dan engkau juga meminta sesuatu kepada selain Tuhan yang satu, Allah Yang Maha Kuasa.”
Raja bertanya, “dari mana kamu berasal?” Dan dia menjawab “aku dari Roma (Byzantine) dan tinggal di Palestine”. Kemudian raja membentak, “kamu ditangkap!!!” Dia (Jirjis) beserta tubuh sucinya dihanguskan dengan sebatang besi panas, itu seakan mengoyak dagingnya, kemudian cuka dituangkan ke tubuhnya itu dan tubuhnya diberi pakaian yang sangat kasar. Kemudian sang raja memerintahkan untuk men-cap tubuhnya dengan halang besi pijar.
Ketika kekuatan hidup dia sudah berkurang dengan semua penyiksaan itu, sebuah palu besi besar disiapkan dan dipukulkan palu itu ke kepala sucinya hingga keluarlah sedikit otak beliau. Dipenjara ini ada sebuah pilar besi yang mana diperlukan 18 orang untuk mengangkatnya. Pilar besi itulah yang digunakan untuk memukul perut sucinya.

Kisah Nabi Irmiyah AS

Kisah Nabi Irmiya A.S.
Cerita ini berisi kata-kata Irmiya anak Hilkia, salah seorang imam dari kota Anatot di wilayah Benyamin. TUHAN berbicara kepada Irmiya pada tahun ketiga belas pemerintahan Yosia anak Amon raja Yehuda. Sesudah itu TUHAN berbicara lagi kepadanya berkali-kali, mulai pada masa pemerintahan Yoyakim anak Yosia sampai pada tahun kesebelas pemerintahan Zedekia anak Yosia. Pada bulan kelima tahun itu juga penduduk Yerusalem diangkut ke pembuangan.

Kisah Nabi Samuel AS

Kisah Nabi Samuel AS
Samuel atau Shmu'el (שְׁמוּאֵל, bahasa Ibrani Standar Šəmuʼel, bahasa Ibrani Tiberias Šəmûʼēl) adalah seorang pemimpin penting dalam Sejarah Israel kuno. Kisahnya diceritakan dalam Kitab Suci Ibrani dalam Kitab Samuel.
Terjemahan harfiah dari Samuel ialah Allah mendengar ('Shama', mendengar; 'El', Allah), sesuai dengan Samuel 1:20; di situ dikatakanb ahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya.
Statusnya, menurut pandangan sastra rabinik, ialah bahwa Samuel adalah hakim terakhir bangsa Ibrani dan yang pertama di antara para nabi besar yang mulai bernubuat di Negeri Israel. Ia berada di antara dua zaman (seperti yang dapat dilihat bahwa Kitab 1 dan 2 Samuel langsung mengikuti Kitab Hakim-hakim) dan memilih serta mengurapi dua raja pertama Kerajaan israel), yaitu Raja Saul dan Raja Daud.
Keadaan yang aneh berkaitan dengan kelahirannya dicatat dalam 1 Samuel 1:20. Hana, salah seorang dari kedua istri Elkana, yang pergi ke Silo untuk berdoa kepada Tuhan, dengan sungguh-sungguh memohon kepada Allah agar ia dapat menjadi ibu dari seorang anak lelaki. Doanya ternyata dikabulkan; dan setelah anak itu disapih ia membawanya ke Silo dan mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai seorang nazir yang kekal (1:23-2:11).
Di sini segala kebutuhan fisiknya serta pendidikannya diperhatikan oleh kaum perempuan yang melayani di Kemah Suci, sementara Eli mengawasi pendidikan keagamaannya. 

Kisah Nabi Imran AS

Kisah Nabi Imran AS
Nabi Imran A.S. adalah salah seorang nabi dan juga merupakan bapa kepada Mariam iaitu ibu Nabi Isa A.S. Nama sebenar Nabi Imran ialah Imran bin Hasyim bin Amun. Beliau berkahwin dengan Hannah binti Faqud bin Qabil dan telah dikurniakan oleh Allah seorang anak perempuan bernama Mariam. Kedua-dua mereka mempunyai darah keturunan Nabi.
Surah Ali Imran
Nabi Imran dan keluarganya telah dimuliakan oleh Allah S.W.T. seperti mana yang telah terdapat dalam Al Quran surah Ali Imran ayat 33 yang bermaksud : "Allah telah memilih Adam, dan Nuh, dan keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran, di atas semua alam".
Kehidupan keluarga Imran sederhana. Mereka tinggal di perkampungan Nazareth, Palestin. Kegiatan ekonomi penduduk di perkampungan itu lebih tertumpu kepada kegiatan pertanian yang pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Kebanyakan daripada mereka menjalankan kegiatan pertukangan kayu. Mereka mengutip hasil kayu dari hutan dan kemudiannya menjual kayu tersebut kepada pelanggan yang mahu membelinya. Ada juga di antara mereka yang mahir membuat kasut dan mengeringkan buah tin sebagai pekerjaan mereka. Nabi Imran A.S. menyimpan hasrat untuk tinggal di Jerusalem. Beliau ingin berkhidmat di Baitulmuqaddis. Beliau pernah bermimpi menjadi siak di tempat suci di Baitulmuqaddis dan bermimpi menjaga kebersihan dan membantu kerja-kerja menjaga tempat suci itu.

Kisah Nabi Jurjis AS

Kisah Nabi Jurjis AS
Kisah Nabi Jurjis Dengan Raja Bani Israil
Dalam satu riwayat mengatakan, pada zaman dahulu ada seorang raja Bani Israil yang zalim. Kezalimannya bukan sahaja terhadap rakyatnya sendiri malahan terhadap Allah S.W.T. Segala perintah Allah diabaikannya, dia memerintah mengikut hawa nafsu serta undang-undang buatannya. Maka Allah mengutuskan seorang nabi bernama Jurjis. Dia mengutuskan nabi Jurjis untuk menghapuskan kezaliman Raja Bani Israil itu yang sangat melampaui batas.

Kisah Nabi Amos AS

Kisah Nabi Amos AS
Nabi Amos A.S. adalah seorang Nabi yang berasal dari Tekoa iaitu di sebelah tenggara Baitulaham. Di dalam Alkitab, kitab Amos ditulis oleh Nabi Amos A.S. Beliau juga adalah Nabi yang pertama dalam Alkitab yang pesannya dicatat secara terperinci. Beliau berasal dari sebuah kota di Yehuda, tetapi ia berkhutbah kepada orang-orang Israel di kerajaan utara sekitar pertengahan abad ke-8 SM.

Pada masa itu banyak orang hidup makmur, ibadah dipentingkan dan negeri Israel nampaknya damai. Tapi Amos melihat bahawa yang mengecap kemakmuran hanyalah para hartawan yang memperkayakan diri dengan hasil penindasan dan ketidakadilan terhadap orang miskin. Orang menjalankan ibadah dengan hati yang tidak ikhlas dan keadaan damai hanya tampak dari luar. Dengan berani dan penuh semangat, Amos menyampaikan pesan bahawa Tuhan akan menghukum bangsa Israel. Amos menyeru agar keadilan "mengalir seperti air". Beliau berkata, "Mungkin Tuhan akan mengasihani orang-orang yang ditindas dari bangsa Israel".

Begitulah sedikit kisah mengenai Nabi Amos A.S. yang lantang menentang ketidakadilan yang berlaku dalam masyarakat.

Sumber :

http://ilmuilmuku.blogspot.com/2012/10/inilah-kisah-nabi-amos-as.

Kisah Nabi Jeremiah AS

Kisah Nabi Jeremiah AS
Nabi Jeremiah A.S. merupakan antara salah seorang Nabi dalam kalangan Bani Israil. Melalui pendapat Ibnu Kathir,nama nabi Jeremiah yang sebenar ialah Armia b Hilqiya. Nabi ini diutuskan oleh Allah kepada Bani Israil di Jurusalem pada fasa dia antara Nabi Daud dan Nabi Zakaria.

Kisah Nabi Malakhi AS

Kisah Nabi Malakhi AS
Maleakhi atau Mal'akhi yang bermaksud "Utusan/Malaikatku" adalah seorang nabi dalam Alkitab, Perjanjian Lama umat Kristian dan Tanakh bagi umat Yahudi.
Malakhi adalah nabi terakhir dalam 12 nabi-nabi kecil dan penulis Kitab Maleakhi, kitab terakhir dalam Perjanjian Lama (Mal. 4:4-6) edisi Kristian, dan merupakan kitab terakhir dalam kumpulan Nevi'im (nabi-nabi) dalam Tanakh Yahudi.

Kisah Nabi Hagai AS

Kisah Nabi Hagai AS
Hagai (bahasa Ibrani: חַגַּי, Ḥaggai atau "Hag-i") adalah salah seorang dari dua belas nabi-nabi kecil dan penulis Kitab Hagai. Beliau adalah nabi pertama dari tiga nabi (bersama Nabi Zakaria yang hidup sezaman dengannya dan Malakhi yang hidup sekitar seratus tahun kemudian) yang hidup pada zaman sejarah Yahudi yang bermula setelah kepulangan mereka dari pembuangan di Babylon.

Kisah Nabi Yusha' AS

Kisah Nabi Yusha' Bin Nun AS (Murid Nabi Musa As)
Nabi Musa ‘alaihis salam memiliki seorang murid yang menemaninya mencari Ilmu. Dia adalah Yusya’ Bin Nun, dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala memberikan hikmah kenabian dan mukjizat yang nyata kepadanya. Setelah Nabi Musa ‘alaihis salam wafat, Nabi Yusya’ bin Nun ‘alaihis salam membawa Bani Israil ke luar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica.

Kisah Nabi Zulkarnain AS

Kisah Nabi Zulkarnain AS
Zulkarnain secara harfiahnya bermaksud "Dia yang Bertanduk Dua", merupakan satu tokoh yang disebutkan di dalam Qur'an, iaitu kitab suci Islam yang menyatakan beliau sebagai pemerintah yang hebat dan adil yang membina tembok pengantara Yakjuj dan Makjuj dari menyerang orang yang di Barat. Mengikut sejarah, Zulkarnain dikatakan sebagai Iskandar Agung (Alexander dari Macedonia) tetapi ia hanyalah pendapat paling sekular dan disangkal sendiri oleh para ulama dan sarjana Islam yang mengatakan Zulkarnain adalah Cyrus Agung. Gelaran tersebut turut terkenal di kalangan masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam yang boleh dikatakan telah digunakan sekurang-kurangnya tiga orang raja yang berbeda.


Kisah Nabi Danial AS

KISAH NABI DANIAL ‘ALAIHISSALAM : BUAH DARI KETAKWAAN
June 16, 2013   6
Suatu saat, Raja Nebukadnezar[1] datang ke Baitul Maqdis dari negeri Syam. Dia membunuh orang-orang Bani Israil dan merebut secara paksa kota Baitul Maqdis serta menawan banyak orang dari mereka. Di antara mereka yang ditawan adalah Nabi Danial
Sebelumnya, Raja ini didatangi oleh para ahli nujum (peramal) dan orang-orang cendekia saat itu. Mereka mengatakan kepadanya, “pada malam ini dan ini, akan dilahirkan seorang bayi yang nantinya akan menghinakan dan menghancurkan kerajaanmu.”
Maka Raja itu bersumpah, “Demi Allah, tak ada seorang bayi pun yang lahir pada malam itu kecuali akan aku bunuh.” (Maka mereka membunuh semua bayi yang lahir) kecuali Danial; mereka membawa dan membuangnya ke hutan yang terdapat singa di dalamnya. Maka (ada) singa jantan dan singa betina (yang mendekatinya, dan keduanya hanya) menjilati Danial dan tidak menyakitinya.