Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadin qamaril wujuudi fii hadzaal yawmi wa fii kulli yawmi wa fii yaumil maw’uudi sirran wa jahran fid dunyaa wal ukhra wa ‘ala aalihii wa shahbihii wa sallim
Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

Sunday, June 18, 2017

Hizib , Ratib, Wirid

Hizib
Hizib , juga dieja Hizb adalah kumpulan ayat-ayat Al-Quran , zikir , doa dan
shalawat yang disusun dengan tidak menggunakan hawa nafsu yang jelek/ buruk untuk diamalkan dengan membacanya.
Hizib di Al-Qur'an
Kata Hizib muncul di Al-Quran sebanyak 7 kali
1. Surat Al Maaidah ayat 56 :
Dan barang siapa yang menjadikan Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpin, maka sesungguhnya Golongan Allah sebagai pemenang.
2. Surat Al Kahfi ayat 12 :
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan (Al hizbaini) itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal di dalam gua itu
3. Surat Al Mukmiinun ayat 23 :
4. Surat Ar Ruum ayat 32 :
dari orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
5. Surat Al Fathiir ayat 6 :
Sungguh setan itu membawa permusuhan bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, sesungguhnya mereka mengajak Golongannya (Hizbuhu) agar menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
6. Surat Al Mujaadilah ayat 19 :
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan (Hizbu) setan. Ketahuilah bahwa golongan (Hizba) setan lah yang merugi.
7. Surat Mujadiilaah ayat 22 :
Engkau tidak akan mendapatkan satu kaum yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan/ ruh yang datang dari Dia. Lalu dimasukkannya mereka kedalam syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha. Merekalah golongan (Hizbu) Allah. Ingatlah sesungguhnya golongan (Hizba) Allah-lah yang beruntung
Arti Hizib dalam tradisi Arab
Dalam tradisi arab, kata Hizib semula ditandai untuk merujuk sesuatu yang “berduyun-duyun” dan “berkelompok”. Itulah makanya ada kata “Hizbullah”, artinya “sekumpulan” bala tentara yang berjuang atas nama Allah. Tetapi kata Hizbullah sendiri kadang juga digunakan untuk menyebut para malaikat.
Masih segar dalam ingatan kita, ketika
Nabi dan para sahabat bertempur melawan kaum musyrikin dalam perang badar, Allah sengaja mendatangkan 5000 pasukan sebagai bala bantuan yang bertandakan putih, mereka adalah para malaikat (Hizbullah)
Kata Hizib sendiri terkadang juga digunakan untuk menyebut “mendung yang berarak” atau “mendung yang tersisa”. Semisal hizbun min al-ghumum (sebagian atau sekelompok mendung)
Ternyata untuk selanjutnya perkembangan kata hizib dalam tradisi thoriqot atau yang berkembang di pesantren adalah untuk “menandai” sebuah bacaan-bacaan tertentu. Misalnya hizib yang dibaca hari jum’at ; yang dimaksud adalah wirid-wirid tertentu yang dibaca hari jum’at. Secara harfiah Hizib dapat diartikan sebagai golongan, atau kelompok bahkan ada yang mengartikan sebgai tentara
Berbagai Hizib
Hizib popular di kalangan masyarakat
Melayu di Indonesia dan Malaysia .
Penyusun Hizib selalu dikaitkan dengan tokoh pengasas atau pemimpin aliran tasawuf, sufi atau tarekat.
Tujuan asal Hizib adalah untuk diamalkan agar diri seseorang menjadi dekat dengan Allah dalam arti kata Allah akan meredai orang yang mengamal Hizib tersebut. Ini kerana Hizib adalah juga kategori doa atau zikir yang bertujuan memperkuat tauhid pengamal tersebut.
Terdapat pelbagai Hizb yang di susun oleh para imam-imam atau guru-guru tariqah, dan semua hizb ini secara langsung atau tidak bersumber dari ayat-ayat Al Quran dan dalil-dalil dari Hadis Nabi . Tidak kurang pula yang di terima oleh para penyusun hizb ini langsung dari Rasulallah samada dalam keadaan sadar (yaqazatan) atau dalam mimpi (ru'yah).
Antara yang masyhur ialah
1. Hizib Bahar oleh As-sayyid asy-Sayiakh Abil Hasan Asy-Syadzili
2. Hizib Nashiir oleh Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili, juga oleh Al-Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad.
3. Hizib An Nawawi oleh Al-Imam An-Nawawi
4. Hizib Wiqayah oleh Ibn Arabi
5. Hizib Autad dsb
Di dalam kelompok pengamal ilmu persilatan, ilmu kerohanian atau ilmu kebatinan, Hizib diamalkan untuk memohon pertolongan Allah atau untuk menjadikan diri seseorang itu kuat dan untuk berbagai hajat lagi.


Jika anda ingin mengamalkan sebuah hizib, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar bisa mendapatkan berkah dan manfaatnya bisa benar-benar dapat dirasakan:
1. Untuk mendapatkan sebuah amalan hizib harus melalui ijazah langsung kepada seorang guru dan meminta bimbingannya secara langsung.
2. Tidak diperbolehkan mengamalkan sebuah amalan hizib melalui buku, kitab atau apapun yang berupa catatan kecuali jika sudah mendapatkan ijazah dari guru. Jika demikian maka akibatnya akan fatal, bahkan bisa gila karena tidak memahami patokan amalan tersebut.
3. Sebelum mengamalkan amalan hizib, hendaknya di fahami terlebih dahulu dengan bertanya kepada mujiz. Tanyakan fungsi, cara penggaliannya atau cara laku tirakatnya juga pantangannya.


‹ Home
View web version Apa itu Ratib ?
Istilah ratiban sering kita dengar dari beberapa kalangan muslim, asalnya dari kata ratib. Tentu agak berbeda artinya antara ratiban dengan ratib. Setidaknya, ratiban itu mengacu kepada suatu acara di mana di dalamnya dibacaka ratib. Tetapi ratib itu sendiri apa?
Untuk lebih jelasnya, mari kita kaji lebih dalam tentang masalah ratib ini.
Pengertian Bahasa
Istilah ratib secara bahasa adalah hal yang dilakukan secara rutin, berkesinambungan, keteraturan dan terus menerus. Sebagai bandingan, kita sering juga mendengar istilah imam ratib masjid. Nah, maksudnya adalah imam yang rutin di suatu masjid.
Pengertian secara Istilah
Kumpulan lafadz ayat Quran, dzikir dan doa yang disusun sedemikian rupa dan dibaca secara rutin dan teratur. Boleh dibilang bahwa rati itu artinya adalah kumpulan doa dan dzikir yang dibaca rutin.
Kalau kita ke toko buku Islam, pasti kita akan mendapatkan begitu banyak buku yang isinya kumpulan doa dan dzikir. Tentu saja versinya sangat banyak, sesuai dengan latar belakang masing-masing penyusun.
Meurut Habib Mundzir, pimpinan majelis Rasulullah, karena kumpulan doa ini semakin menyebar dan meluas, dan memang dibaca secara berkesinambungan, maka digelari Ratib, lalu dialek kita menamakannya Ratiban, doa ratib, ratib haddad, ratib alatas dan gelar gelar lainnya. Padahal mereka yang merangkumnya itu tak menamakannya demikian, namun bahasa sebutan dari waktu ke waktu yang menamakannya dengan nama itu.
Ratib Pengganti Hiburan
Dalam sejarah, ratib kemudian dijadikan salah satu pendekatan moderat untuk menggantikan budaya pesta dan hura-hura yang kurang bermanfaat. Dahulu setiap ada hajatan apapun seperti perkawinan, membangun rumah, atau apa saja, dimeriahkan dengan berbagai pesta seperti nanggap wayang, ndangdutan, menggelar layar tancap, saweran, sajenan, judi bahkan mabuk mabukan dan lain sebagainya.
Maka para juru dakwah di masa itu pelan-pelan mengarahkan agar setiap acara dibacakan dzikir, baik sebagai tasyakur dan doa mohon keselamatan. Lalu jadilah ratib dibaca di berbagai hajatan.
Titik Pangkal Perbedaan Pendapat
Kalau kita lihat bagaimana ratib ini bisa dijadikan salah satu alternatif untuk menggeser kebiasaan kurang baik dari masyarakat, berubah menjadi hal-hal yang positif, yaitu membaca ayat Quran, atau berdzikir dengan lafadz-lafadz yang memang dianjurkan serta didasari hadits yang shahih, namun tetap saja ada kalangan yang bersikeras tidak setuju dengan ratib ini.
Di antara argumentasinya adalah bahwa kegiatan membaca dzikir berjamaah ini tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW. Padahal kita tidak boleh melakukan sesuatu yang tidak ada contoh langsung dari nabi. Kira-kira demikian logikanya.
Tentu logika seperti ini agak subjektif dan membuka peluang diskusi lebih jauh. Dan kami pernah membahas masalah ini dalam tema ‘dzikir berjamaah’.

ﻻَ ﻳَﺴْﺘَﺤْﻘِِﺮُ ﺍﻟْﻮِﺭْﺩَ ﺍِﻻَّ ﺟَﻬُﻮْﻝٌ ٬ ﺍﻟْﻮَﺭِﺩُ ﻳُﻮْﺟَﺪُُ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪَّﺭِ ﺍﻷَﺧِﺮَﺓِ ٬ ﺍﻟْﻮِﺭْﺩُ ﻳَﻨْﻄَﻮِﻯ ﺑِﺎﻧْﻄِﻮَﺍﺀِ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺪَّﺭِ ﻭَ ﺍَﻭْﻟَﻰ ﻣَﺎﻳُﻌْْﺘَﻨَﻰ ﺑِﻪِ ﻣَﺎﻻَ ﻳُﺨْﻠَﻒُ ﻭُﺟُﻮْﺩُﻩُ ٬ ﺍﻟْﻮِﺭْﺩُ ﻫُﻮَ ﻃََﺎﻟِﺒُﻪُ ﻣِﻨْﻚَ ﻭَ ﺍﻟْﻮَﺭِﺩُ ﺍَﻧْﺖَ ﺗَﻄْﻠُﺒُﻪُ ﻣِﻨْﻪُ ٬ ﻭَﺍََﻳْﻦَ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﻃََﺎﻟِﺒُﻪُ ﻣِﻨْﻚَ ﻣِﻤَّﺎ ﻫُﻮَ ﻣَﻄْﻠَﺒُُﻚَ ﻣِﻨْﻪُ ٠
“Tidak akan meremehkan wirid, kecuali orang yang bodoh. Karena Allah [Al Warid) itu diperoleh diakhirat, sedangkan Al Wirid, akan selesai dengan musnahnya dunia. Yang paling baik diperhatikan oleh manusia, adalah yang tidak pernah musnah. Wirid yang menjadi perintah Allah kepadamu, serta karunia yang kalian terima, adalah merupakan hajatmu sendiri terhadap Allah swt. Dimanakah letaknya perbedaan antara perintah Allah kepadamu dengan pengharapan kalian kepada-Nya."
Yang dimaksud wirid ialah perbuatan seorang hamba yang berbentuk ibadah,lahir dan batin. Sedangkan Al Warid adalah karunia Allah ke dalam batinnya si hamba ibarat cahaya yang halus, yang bersinar- sinar di dalam aadanya dan memberi nur ke dalam dadanya. Semuanya sebagai karunia Allah yang wujudnya dalam ibadah si hamba. Al Warid itu adalah dari Allah swt, merupakan muamalah dan ibadah.
Adapun wirid adalah amalan yang dikerjakan di dunia secara tetap dan tertib di dunia ini juga berupa ibadah secara tertib termasuk zikir yang dikerjakan terus menerus, tidak pernah ditinggalkan. Warid merupakan karunia Allah kepada para hamba berupa penjelasan, nurullah, kenikmatan merasakan ibadah, hidayah dan taufiq Allah, semuanya merupakan amalan batin yang kuat. Kenikmatan warid itu berkelanjutan hingga hari akhirat. Antara Wirid dan Al Warid mempunyai kaitan yang kuat. Apabila Al Warid itu karunia Allah maka Wirid adalah ibadah yang tetap dan tertib.
Orang yang melaksanakan wirid dalam ibadah, adalah orang yang memelihara hubungannya dengan Allah secara tetap, tidak pernah tertutup dalam saat dan waktu yang tetap pula. Dalam keadaan apa pun dan di manapun, ia senantiasa menjaga ibadah rutinnya itu dengan baik dan dikerjakan sebagus-bagusnya. Contoh ibadah yang diwiridkan seperti salat sunah yang dipilih untuk diwirid, zikir yang diwiridkan, puasa sunat yang diwiridkan, dan lain-lainnya. Hamba yang wirid selalu membasahi jiwa dan lidahnya dengan zikrullah. Karena dikerjakan secara rutin, maka ibadah tersebut sudah menjadi kebiasaan serta dikerjakan dengan senang hati dan dirasakan kenikmatannya.
Kedua-duanya, Wirid dan Warid, ibarat saudara kembar yang saling berlomba menjadi ibadah yang sangat dicintai untuk mendapatkan keridaan Allah swt. Yang satu (wirid) ibadah untuk menghiasi lahir yang satu ibadah (warid) untuk menghiasi batin. Wirid adalah hak Allah yang diperintahkan agar diamalkan oleh para hamba. Sedangkan Warid adalah hak hamba yang disampaikan kepada Allah swt.
Menghidupkan wirid dalam hidup hamba Allah diperlukan, agar si hamba tetap kontak dengan Allah di waktu-waktu yang sudah ditentukan oleh si hamba sendiri. Sebab amal ibadah yang paling baik, ialah dikerjakan terus menerus, walaupun sedikit (kecil). Amal seperti ini sangat disukai oleh Allah
Diriwayatkan bahwasanya Al Jundi adalah seorang ahli makrifat yang membiasakan dirinya membaca Al-Qur'an dalam waktu yang telah ditetapkan, sehingga waktu ia.wafat bertepatan dengan ia menghatamkan Al-Qur'an, dan menghatamkan bacaannya di saat itu. Disebutkan juga dalam beberapa riwayat oleh Abu Qasim Ad Daraj, bahwa Al Jundi adalah seorang ahli makrifat yang senang beribadah dan mewiridkan ibadah-ibadahnya itu, dan ia mendapat inayah karena wiridan atas ibadahnya itu.
Abu Talib Al Makky berkata: "Orang yang senantiasa men-dawam-kan (membiasakan ibadah rutin), termasuk akhlak orang beriman, dan jalan para abidin, sebab cara ini akan memperkokoh iman, termasuk hal ini juga yang menjadi amalan Rasulullah saw.
Di samping wirid yang dikerjakan secara tetap dan tertib, seorang hamba memerlukan warid, yang disebut imdad, artinya warid yang tidak terputus-putus dan senantiasa bersambung yang dipersiapkan. Dengan persiapan melalui wirid ini barulah warid itu masuk menjadi hiasan kalbu para ahli makrifat. Tanpa wirid maka tidak ada warid.
Syekh Ahmad Ataillah menjelaskan lagi:
ﻭُﺭُﻭْﺩُ ﺍﻹِﻣْْﺪَﺍﺩِ ﺑِﺤَﺴَﺐِ ﺍﻹِﺳْﺘِِﻌْﺪَﺍﺩِ ﻭَ ﺷُﺮُﻭْﻕُُ ﺍﻷَﻧْﻮَﺍﺭِ ﻋَﻠَﻰ ﺣَﺴَﺐِ ﺻَﻔَﺎﺀِ ﺍﻷََﺳْﺮَﺍﺭِِ٠
“Masuknya Warid imdad menurut persiapannya (wirid), dan terbitnya cahaya atas hati sesuai kebersihan hati itu pula.”
Warid itu dapat memasuki hati dan rasa seorang hamba, apabila hati si hamba telah bersih dari pengaruh duniawi yang meresahkan dan mengendorkan iman. Hati akan menjadi bersih menurut wirid yang di lakukan oleh si hamba dengan terus menerus, tertib, dan kontinyu. Memelihara terlaksananya wirid sangat diperlukan bagi terangnya hati manusia dengan nurullah.




Sumber :

- islamiwiki.blogsot.co

- mbah kenyung.blogspot.com

Saturday, June 17, 2017

Sejarah Keturunan Rasulullah S.A.W

Sejarah Keturunan Nabi Muhammad SAW Di Nusantara, Nabi Muhammad - Beliau Rasulullah ﷺ dikaruniai 7 anak 3 laki-laki dan 4 prempuan, yaitu Qasim, Abdullah, Ibrahim, Zaenab, Ruqoiyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah Azzahra.


Friday, June 16, 2017

Tasawwuf Dalam Perspektif Ulama

QAUL PARA ULAMA TERHADAP TASAWWUF


Berusahalah engkau menjadi seorang yg mempelajari ilmu fiqih & juga menjalani tasawwuf, & janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu..

Adab Ulama

1.Orang `alim itu hendaklah bersifat sabar.2.Lazumul Halim, yakni bersifat halim, tidak cepat marah.3.Duduk dengan wibawa dengan kepala menunduk.4.Tidak takabbur kepada seluruh hambaAllah kecuali kepada orang zalim untuk mencegah kezalimannya.5.Tawadhu', merendah diri dalam majelis orang banyak.

Sanad Aqidah

A. Sanad Madzhab al-Asy'ari di Indonesia

1. Syaikh al-Sunnah, Imam al-Mutakallimin Abu al-Hasan al-Asy'ari (270-330 H/883-947M).

2. Syaikh al-Mutakallimin Abu al-Hasan al-Bahili.

3. Ruknuddin al-Ustadz Abu Ishaq al-Asfarayini (w. 418 H/1027 M). Pengarangal-Jami' fi Ushul al-Din wa al-Radd 'ala al-Mulhidin.