Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadin qamaril wujuudi fii hadzaal yawmi wa fii kulli yawmi wa fii yaumil maw’uudi sirran wa jahran fid dunyaa wal ukhra wa ‘ala aalihii wa shahbihii wa sallim
Showing posts with label isra miraj. Show all posts
Showing posts with label isra miraj. Show all posts

Saturday, March 6, 2021

استغفر شهر رجب Istighfar Bulan Rajab

استغفر شهر رجب
الحبيب حسن بن عبدالله بن علوي الحداد

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
segala puji bagi Allah tuhan sekalian alam

اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Ya Allah berikan rahmat beserta keselamatan
kepada junjungan Kami Nabi Muhammad ﷺ
Dan kepada keluarga junjungan Kami
Nabi Muhammad ﷺ
Dan kepada Sahabatnya
doa dan keselamatan yang berlimpah

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ (3)
Saya mohon ampunan kepada Allah ﷻ

وَأَتُوْبُ اِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ مَا يَكْرَهُ اللّٰهُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَخَاطِرًا وَنَاظِرًا وَظَهِيْرًا وباطنا
Dan Saya bertaubat kepada Allah ﷻ
Dari semua apa yang tidak disukai oleh Allah ﷻ
Baik dari ucapan ataupun perbuatan
Baik dari yang didengar maupun yang dilihat
Baik yang dhohir maupun yang batin

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَااِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Saya mohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung
Yang tiada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup
Maha Berdiri sendiri dan kami bertaubat kepadaNya

اَللّٰهُـمَّ إِنِّيْ أَسْتَغْفِرُكَ لِمَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ
Ya Allah Ya Tuhanku
Sesungguhnya Saya mohon ampun kepadamu
Terhadap dosa-dosa kami yang telah lalu
Maupun dosa dosa Saya yang akan datang
Baik dosa dosa yang Saya sembunyikan
Maupun dosa dosa yang Saya perlihatkan

وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَ أَنْتَ عَلٰى كُلِّ  شَيْئٍ قَدِيْرٌ
Maupun dosa dosa Saya yang melampaui batas
Maupun dosa-dosa Saya
yang Engkau lebih mengetahuinya daripada Saya
Engkaulah Dzat Yang Maha Pemula Dan Maha Akhir
Dan Engkau yang Maha kuasa terhadap segala sesuatu

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ مِنْ جَمِيْعِ الذُّنُوْبِ وَالْآثَامِ

Saya mohon ampun
kepada Allah ﷻ Pemilik keagungan dan kemuliaan
Dari semua dosa dan dosa yang Saya ulangi lagi

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِلذُّنُوْبِ كُلِّ هَا سِرِّهَا وَجَهْرِهَا وَصَغِيْرِهَا
وَكَبِيْرِهَا وَقَدِيْمِهَا وَجَدِيْدِهَا وَأَوَّلِهَا وَآخِرِهَا وَظَاهِرِهَا وَبَاطِنِهَا وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Saya mohon ampun
kepada Allah ﷻ untuk dosa Saya semuanya
Baik dosa yang tersembunyi maupun yang terlihat
Baik dosa yang kecil maupun yang besar
Baik dosa yang lama maupun yang baru
Baik dosa yang awal maupun yang akhir
Baik dosa yang dhohir maupun yang batin
Dan kami bertaubat kepadaNya

اَللّٰهُـمَّ إِنِّيْ أَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ  ذَنْبٍ تُبْتُ إِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ فِيْهِ
Ya Allah Ya Tuhan Saya mohon ampun kepadamu
Terimalah taubat Saya kepadaMu dari semua dosa dosa
Kemudian Saya kembali berbuat dosa

وَ أَسْتَغْفِرُكَ لِمَا اَرَدْتُ بِهِ وَجْهَكَ الْكَرِيْمَ فَخَالَطَهُ مَا لَيْسَ لَكَ فِيْهِ رِضًا
Dan Saya mohon ampun kepadaMu
Terhadap apa-apa yang Saya
maksudkan untuk berbakti kepadaMu Yang Maha Mulia
Namun tercampuri oleh apa-apa yang tidak Engkau ridhai

وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا وَعَدْتُكَ بِهِ مِنْ نَفْسِيْ ثُمَّ أَخْلَفْتُكَ فِيْهِ
Dan Saya mohon ampun kepadaMu
Atas apa apa yang telah Saya janjikan kepadaMu
Kemudian Saya khilaf dalam perjanjian Saya kepadaMu

وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا دَعَانِيْ إِلَيْهِ الْهَوٰى مِنْ قِبَلَ الرُّخَصِ مِمَّا اشْتَبَهَ عَلَيَّ وَهُوَ عِنْدَكَ حَرَامٌ

Dan Saya mohon ampun kepadaMu
Dari perbuatan yang mengikuti ajakan hawa nafsu
Padahal tidak diperbolehkan oleh Engkau
lalu hamba mengerjakannya secara diam diam
Padahal itu dilarang disisiMu

وَأَسْتَغْفِرُكَ يَا لَااِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ يَا عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ مِنْ كُلِّ  سَيِّئَةٍ عَمَلْتُهَا مِنْ بَيَاضِ النَّهَارِ وَسَوَادِ اللَّيْلِ فِيْ مَلَإٍ وَخَلآءٍ وَسِرٍّ وَعَلَانِيَّةٍ
وَأَنْتَ نَاظِرٌ إِلَيَّ اِذَا ارْتَكَبْتُهَا وَأَتَيْتُ بِهَا مِنَ الْعِصْيَانِ فَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
يَا حَلِيْمُ يَا كَرِيْمُ يَا رَحِيْمُ

Dan Saya mohon ampun kepadaMu
Wahai yang tiada Tuhan selain Engkau
Wahai Dzat
yang mengetahui perkara ghaib dan perkara yang nyata
Dari semua kesalahan yang telah Saya lakukan
Baik pada teriknya siang hari atau gelapnya malam hari
Pada keramaian dan kesendirian
maupun sembunyi atau terang terangan
Sedang Engkau melihat Saya tatkala kami melakukannya
Dan Saya mendatanginya dengan bermaksiat
Maka Saya bertaubat
kepadaMu Wahai Dzat yang Maha Penyantun Maha Mulia Maha Penyayang

وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنَ النِّعَمِ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ فَتَقَوَّيْتُ بِهَا عَلٰى مَعْصِيَتِكَ
Dan Saya mohon ampun kepadaMu dari nikmat
yang telah engkau berikan kepada Saya
Maka akan tetapi Saya menyalahgunakan rizki dariMu untuk bermaksiat kepadaMu

وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ لَا يَعْرِفُهَا أَحَدٌ غَيْرُكَ وَلَا يَطَّلِعُ عَلَيْهَا أَحَدٌ سِوَاكَ وَلَا يَسَعُهَا إِلَّا حِلْمُكَ وَلَا يُنَجِّيْنِيْ مِنْهَا إِلَّا عَفْوُكَ
Saya mohon ampun dari dosa yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali Engkau
Dan janganlah memperlihatkan dosa Saya
kepada seorang pun selain Engkau
Dan tidak ada
yang dapat melapangkannya kecuali  kesantunanMu
Dan tidak ada yang dapat selamat dari akibat dosa Saya kecuali dengan ampunanMu

وَأَسْتَغْفِرُكَ لِكُلِّ  يَمِيْنٍ سَلَفْتُ مِنِّي فَحَنِثْتُ فِيْهَا وَأَنَا عِنْدَكَ مُؤَاخَذٌ بِهَا
Saya mohon ampun kepadamu
Wahai Allah Tuhanku dari segala kebaikan
yang hamba telah berjanji untuk mengerjakan
Lalu Saya melanggar janji itu
Dan berarti Saya telah merampas sesuatu dari sisiMu

وَأَسْتَغْفِرُكَ يَا لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Saya mohon ampun kepadaMu
Wahai yang tiada tuhan selain Engkau
Sesungguhnya hamba
adalah termasuk orang-orang yang zalim

فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ

Maka Kami telah memperkenankan doanya
dan menyelamatkan­nya dari kesedihan
Dan demikianlah
Kami selamatkan orang orang yang beriman
(Qs.AlAnbiya:87-88)

وَزَكَرِيَّآ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ

Dan (ingatlah kisah) Nabi Zakaria as
tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri Dan Engkaulah sebaik baik Waris
(Qs.AlAnbiya:89)

رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰحِمِيْنَ
Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat
Dan Engkau adalah sebaik baik Pemberi rahmat
(Qs. AlMu’minun : 118)

وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ  فَرِيْضَةٍ أَوْجَبْتَهَا عَلَيَّ فِيْ أَنآءِ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ فَتَرَكْتُهَا غَفْلَةً أَوْ عَمْدًا أَوْ سَهْوًا أَوْ نِسْيَانًا  أَوْ تَهَاوُنًا أَوْ جَهْلًا  وَأَنَا مُعَاقَبٌ بِهَا
Saya mohon ampun kepadaMu Wahai Allah Tuhan kami
dari kewajiban yang Engkau wajibkan atas diri kami
Dari permulaan malam hingga akhir siang
Lalu aku meninggalkan
kewajiban itu dengan kesalahan kesengajaan atau lupa
Karena rasa puas diri atau kebodohan
Dan kami pantas dihukum karenanya

وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ سُنَّةٍ مِنْ سُنَنِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ نَبِيِّكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ فَتَرَكْتُهَا غَفْلَةً أَوْ نِسْيَانًا أَوْ جَهْلًا أَوْ قِلَّةَ مُبَالَاةٍ بِهَا

Saya mohon ampun kepadaMu
Wahai Allah Tuhanku dari setiap kesunnahan atas segala sunah-sunahnya Pemimpin Para Rasul ﷺ
Penutup Para Nabi ﷺ
NabiMu Pemimpin kami Nabi Muhammad ﷺ
semoga sholawat serta salam Allah ﷻ tetap tercurah kepadanya dan keluarga serta Sahabatnya
Maka Saya meninggalkannya baik karena lalai atau lupa
Atau karena melupakan atau merasa puas diri
Atau karena kebodohan
atau kurangnya kepedulian terhadapnya

وَأَسْتَغْفِرُكَ يَا لَااِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ وَأَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ سُبْحَانَكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ لَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الْحَمْدُ وَأَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِا للّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Saya mohon ampun kepadaMu Wahai yang tiada tuhan selain Engkau Maha Esa Engkau tiada sekutu bagiMu
Dan Sesungguhnya pemimpin kami
Nabi Muhammad ﷺ  Adalah Hamba Dan RasulMu
Maha Suci Bagimu Wahai Tuhan sekalian Alam semesta
BagiMu kerajaan dan BagiMu segala puji
dan Engkau cukup bagi kami sebaik baik pemberi nikmat
Sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong
Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah
Yang Maha Tinggi dan Agung

يَا جَابِرَ كُلِّ  كَسِيْرٍ وَيَا مُؤْنِسَ كُلِّ  وَحِيْدٍ وَيَا صَاحِبَ كُلِّ  غَرِيْبٍ وَيَا مُيَسِّرَ كُلِّ  عَسِيْرٍ يَا مَنْ لَا يَحْتَاجُ اِلَى الْبَيَانِ وَالتَّفْسِيْرِ وَأَنْتَ عَلٰى مَا تَشَآءُ قَدِيْرٌ

Wahai Dzat Yang menyatukan yang terpecah belah
Wahai yang menjadi teman bagi orang yang sendirian
Wahai Dzat Yang menjadi sahabat bagi orang yang asing
Wahai Dzat yang mempermudah sesuatu yang sulit
Wahai Dzat
Yang tidak membutuhkan penjelasan dan penafsiran
Dan Engkau berkuasa terhadap kehendakMu

اَللّٰهُـمَّ صَلِّ   وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  بِعَدَدِ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ وَبِعَدَدِ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ
Ya Allah berikanlah Sholawat dan Salam kepada pemimpin kami Nabi Muhammad ﷺ
Sebanyak bilangan orang yang bersholawat kepadanya
Dan Sebanyak orang yang tidak bersholawat kepadanya

اَللّٰهُـمَّ صَلِّ   عَلٰى رُوْحِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  فِيْ الْاَرْوَاحِ
Ya Allah berikanlah Sholawat kepada Ruh
pemimpin kami Nabi Muhammad ﷺ didalam Ruh

اَللّٰهُـمَّ صَلِّ   عَلٰى تُرْبَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  فِيْ التُّرَابِ
Ya Allah berikanlah Sholawat kepada debu
pemimpin kami Nabi Muhammad ﷺ didalam debu

اَللّٰهُـمَّ صَلِّ   عَلٰى قَبْرِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  فِيْ الْقُبُوْرِ
Ya Allah berikanlah Sholawat kepada makam
pemimpin kami Nabi Muhammad ﷺ didalam makam

اَللّٰهُـمَّ صَلِّ   عَلٰى صُوْرَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  فِيْ الصُّوَرِ
Ya Allah berikanlah Sholawat kepada Bentuk
pemimpin kami Nabi Muhammad ﷺ didalam bentuk

اَللّٰهُـمَّ صَلِّ   عَلٰى اسْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  فِيْ الْأَسْمَآءِ
Ya Allah berikanlah Sholawat kepada Nama
pemimpin kami Nabi Muhammad ﷺ didalam nama

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri
Berat terasa olehnya penderitaanmu sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu
Amat belas kasihan
lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin
(Qs. At-Taubah : 128)

فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah ﷻ bagiku tidak ada Tuhan selain Dia
Hanya kepadaNya aku bertawakkal
dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung
(Qs. At-Taubah : 129)

وَصَلَّى اللّٰهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  وعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Semoga Allah ﷻ memberikan Sholawat serta salam kepada pemimpin kami Nabi Muhammad ﷺ
Dan kepada keluarga serta para sahabatnya
Dan Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam

فِيْ كُلِّ  لَحْظَةٍ اَبَدًا، عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَى نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Di setiap saat selamanya
Sejumlah ciptaanNya menurut keridhaanNya
Seberat ‘ArsyNya dan sebanyak tinta tulisan kalimatNya

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ
وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

Maha suci Allah tuhan pemilik kemuliaan dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berdusta atas namaNya
Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam
(Qs.Ash-Shaffat : 181-182)

 إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah ﷻ
dan malaikat malaikatNya bershalawat untuk Nabi
Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam hormat kepadanya
(Qs. AlAhzab : 56)

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاسَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ 
Sholawat Serta Salam Semoga tercurahkan kepadamu Wahai Pemimpin Para Rasul ﷺ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ
Sholawat Serta Salam Semoga tercurahkan kepadamu Wahai Penutup Para Nabi ﷺ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَامَنْ اَرْسَلَكَ اللَّهُ رَحْمَةَ لِّلْعَالَمِيْنَ
Sholawat Serta Salam Semoga tercurahkan kepadamu Wahai yang diutus Allah sebagai Rahmat lil 'Alamin ﷺ
وَرَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ آلِ وَ اَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ اَجْمَعِيْنَ
Dan semoga Allah ﷻ yang maha tinggi meridhoi keluarga beserta semua sahabat beliau ﷺ
Amin.

mohon maaf jika didalam teks maupun maknanya ada kekurangan, kesalahan
Mohon dikoreksi kembali dan semoga bermanfaat.

Monday, September 24, 2018

Isra mi'raj

Kisah Isra Mikraj

Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah,yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

    Hadits tentang Isra' Mi'raj nabi

Riwayat tentang perjalanan malam nabi dan diangkatnya dia ke langit untuk bertemu langsung dengan Allah dan menerima perintah kewajiban salat di lima waktu terdapat dalam Kitab Hadits Shahih milik Imam Muslim

    "...dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah didatangi Buraq Yaitu seekor binatang yang
    berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut    mencapai ujungnya." Dia bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis." Dia bersabda lagi:
    "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa
    dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid
    dan mendirikan salat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus
    keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk
    arak dan semangkuk susu, dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril
    berkata, 'Kamu telah memilih fitrah'. Lalu Jibril membawaku naik ke
    langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan,
    'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa
    yang bersamamu?' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi,
    'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutus.'
    Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi
    Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku
    dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan
    pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab,
    'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril
    menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah
    diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun
    dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam
    dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku
    dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun
    meminta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan, 'Siapakah kamu? '
    Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu?
    ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia
    telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu
    pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf
    Alaihis Salam, ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang
    sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan
    kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta
    supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah
    kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah
    bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi,
    'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah
    diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu
    dengan Nabi Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku dan mendoakan
    aku dengan kebaikan. Allah berfirman: '(...dan kami telah mengangkat
    ke tempat yang tinggi darjatnya) '. Aku dibawa lagi naik ke langit
    kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara
    bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril
    ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'.
    Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab,
    'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami.
    Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam, dia terus
    menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik
    ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu.
    Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab,
    'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril
    menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah
    diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun
    dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia
    terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi
    naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran
    suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawabnya, 'Jibril'.
    Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab,
    'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? '
    Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan
    kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam,
    dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur.
    Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat.
    Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur).
    Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti
    telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan." Dia bersabda:
    "Ketika dia menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha
    berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu
    menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu Allah memberikan
    wahyu kepada dia dengan mewajibkan salat lima puluh waktu sehari
    semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia
    bertanya, 'Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu?
    ' Dia bersabda: "Salat lima puluh waktu'. Nabi Musa berkata,
    'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak
    akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan
    menguji mereka'. Dia bersabda: "Aku kembali kepada Tuhan seraya
    berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku'. Lalu
    Allah subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu salat dari dia'.
    Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah
    mengurangkan lima waktu salat dariku'. Nabi Musa berkata, 'Umatmu
    tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu,
    mintalah keringanan lagi'. Dia bersabda: "Aku masih saja bolak-balik
    antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: 'Wahai
    Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari semalam.
    Setiap salat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka
    itulah lima puluh salat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat,
    untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan
    dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka
    dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang
    berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya,
    niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia
    mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'. Aku
    turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu
    kepadanya. Dia masih saja berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu,
    mintalah keringanan'. Aku menjawab, 'Aku terlalu banyak
    berulang-ulang kembali kepada Tuhanku, sehingga menyebabkanku malu
    kepada-Nya'."
    — Shahih Muslim 

    Perbedaan Isra dan Mikraj
Seringkali masyarakat menggabungkan Isra Mikraj menjadi satu peristiwa
yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mikraj merupakan dua peristiwa
yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad S.A.W

menunaikan salat lima waktu.

   
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga,
karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada nabi
lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha

pendapat lain....

KISAH PERJALANAN ISRA MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

 Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW – Seringkali di kalangan masyarakat kita, dalam mendefinisikan isra dan mi’raj, mereka menggabungkan Isra Mi’raj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Dan untuk meluruskan hal tersebut, pada kesempatan ini saya bermaksud mengupas tuntas pengertian isra dan mi’raj, sejarah isra mi’rajnabi muhammad SAW serta hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.

 Definisi Isra dan Mi’raj

Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.

Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.

Kisah Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAw

Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.

Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”

“tidak tahu”, kata Rasul.

“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.

Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu

Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul bertanya : “Siapakah mereka ?”

“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.

Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).

Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.

Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.

Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“.

Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.

“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.

Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.

Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.

Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu

Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.

Mandapat Mandat Shalat 5 waktu

Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi ? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.

Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrel pun, Al – Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.

Hikmah Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW

Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.

Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?

Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.

Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.

Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.

Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.

Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.

Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.

Mengenal Kompleks Masjid Al-Aqsa

Al-Masjid El-Aqsa merupakan nama arab yang berarti Masjid terjauh. 10 tahun setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, beliau melakukan perjalanan malam dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Jerusalem) dan kemudian menuju langit ketujuh untuk menerima perintah sholat 5 waktu dari Allah, peristiwa ini disebut Isra’ Miraj.

Sebelum turun perintah menjadikan Mekkah sebagai kiblat sholat umat muslim, selama 16 setengah bulan setelah Isra Miraj, Jerusalem dijadikan arah kiblat.

Ketika masih hidup, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat muslim untuk tak hanya mengunjungi Mekkah tapi juga Masjid Al-Aqsa yang berjarak sekitar 2000 kilometer sebelah utara Mekkah

Masjid Al-Aqsa merupakan bangunan tertua kedua setelah Ka’bah di Mekkah, dan tempat suci dan tempat terpenting ketiga setelah Mekkah dan Madinah.

Luas kompleks Masjid Al-Aqsa sekitar 144.000 meter persegi, atau 1/6 dari seluruh area yang dikelilingi tembok kota tua Jerusalem yang berdiri saat ini. Dikenal juga sebagai Al Haram El Sharif atau oleh yahudi disebut Kuil Sulaiman. Kompleks Masjid Al-Aqsa dapat menampung sekitar 400.000 jemaah (Masjid Al-Aqsa menampung sekitar 5.000 jamaah, selebihnya sholat di kompleks yang ber-area terbuka).

Pembangunan kembali kompleks Masjid Al-Aqsa dimulai 6 tahun setelah Nabi wafat oleh Umar Bin Khattab. Beliau menginginkan untuk dibangun sebuah masjid di selatan Foundation Stone (membelakangi Foundation Stone, menghadap selatan/Mekkah). Pembangunan tersebut dilakukan oleh Khalifah Ummayah Abd Al Malik Ibn Marwan dan diselesaikan oleh anaknya Al Walid 68 tahun setelah Nabi wafat dengan diberi nama Masjid Al Aqsha.

Di pusat kompleks Kuil Sulaiman, terdapat Foundation Stone yaitu batu landasan yang dipercaya umat Yahudi sebagai tempat Yahweh menciptakan alam semesta dan tempat Abraham mengorbankan Isaac. Bagi umat Islam batu ini adalah tempat Nabi Muhammad menjejakkan kakinya untuk Mi’raj. Untuk melindungi batu ini, Khalifah Abd Al Malik Ibn Marwan membangun kubah dan masjid polygon, yang kemudian terkenal dengan nama Dome of The Rock (Kubah batu).

Kekeliruan antara Masjid Al-Aqsa dengan Dome of The Rock dan Agenda Israel menghapuskan Masjidil Aqsa

Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama bagi Umat Islam sebelum dipindahkan ke Ka’bah dengan perintah Allah SWT. Kini berada di dalam kawasan jajahan Yahudi. Dalam keadaan yang demikian, disinyalir pihak Yahudi telah mengambil kesempatan untuk mengelirukan pengetahuan Umat Islam dengan mengedarkan gambar Dome of The Rock sebagai Masjidil Aqsa.

Tujuan mereka hanyalah satu: untuk meruntuhkan Masjidil Aqsa yang sebenarnya dan mendirikan kembali haikal Sulaiman. Saat ini, hanya “Tembok sebelah Barat” yang tersisa dari bangunan kuil atau istana Sulaiman yang masih berdiri, dan pada saat yang bersamaan tempat ini dinamakan “Tembok Ratapan/Wailing Wall” oleh orang Yahudi. Apabila Umat Islam sendiri sudah keliru dan sulit untuk membedakan Masjidil Aqsa yang sebenarnya, maka semakin mudahlah tugas mereka untuk melaksanakan rencana tersebut, karena bila Masjid Al-Aqsa diruntuhkan, kebanyakan umat tidak akan menyadarinya

Berikut disertakan terjemahan surat yang ditulis dan dikirimkan oleh Dr. Marwan kepada ketua pengarang harian “Al-Dastour” tentang kekeliruan umat dan hubungannya dengan rencana zionis.

Terdapat beberapa kekeliruan antara Masjidil Aqsa dan The Dome of The Rock. Apabila disebut tentang Masjidil Aqsa di dalam media lokal maupun internasional, foto The Dome of The Rock-lah yang ditampilkan. Alasannya adalah untuk mengalihkan masyarakat umum yang merupakan siasat Israel. Tinjauan ini diperoleh saat saya tinggal di USA, dimana saya telah mengetahui bahwa Zionis di Amerika telah mencetak dan mengedarkan foto tersebut dan menjualnya kepada orang arab dan Muslim. Kadangkala dijual dengan harga yang murah bahkan kadang diberikan secara gratis agar Muslim dapat mengedarkannya dimana saja. Baik dirumah maupun kantor.

Hal ini meyakinkan saya bahwa Israel ingin menghapuskan gambaran Masjid Al-Aqsa dari ingatan umat Islam supaya mereka dapat memusnahkannya dan membangun kuil mereka tanpa ada publikasi. Bila ada yang membangkang atau memprotes, maka Israel akan menunjukkan foto The Dome of The Rock yang masih utuh berdiri, dan menyatakan bahwa mereka tidak berbuat apa-apa. Siasat yang sungguh pintar! Saya juga merasa amat terperanjat ketika bertanya kepada beberapa rakyat arab, Muslim, bahkan rakyat Palestina karena mendapati mereka sendiri tidak dapat membedakan antara kedua bangunan tersebut. Ini benar-benar membuatkan saya merasa kesal dan sedih karena hingga kini Israel telah berhasil dalam siasat mereka.

Dr. Marwan Saeed Saleh Abu Al-Rub Associate Professor,

Mathematics Zayed University Dubai

Demikianlah, dengan kondisi yang mengkuatirkan ini, kita sebagai muslim hendaklah turut membantu menyebarkan informasi yang benar kepada saudara kita dan dunia. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari distorsi informasi lebih jauh yang akhirnya akan merugikan umat bila tidak disikapi dengan baik.

Hikmah
 Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW 

Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.

Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?

Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.

Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.

Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.

Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.

Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.

Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.

Wallahua’lam.