Al-Habib Al-Qutub Abubakar Bin Muhammad AssegafAl-Habib Al-Qutub Abubakar bin Muhammad Assegaf lahir di kota Besuki, Jawa Timur, pada tahun 1285 H. Semenjak kecil beliau sudah ditinggal oleh ayahnya yang wafat di kota Gresik.
Pada tahun 1293 H, Habib Abubakar kemudian berangkat ke Hadramautkarena memenuhi permintaan nenek beliau,Syaikhah Fatimah binti Abdullah 'Allan.Beliau berangkat kesana ditemani dengan Al-Mukarram Muhammad Bazmul. Sesampainya disana, beliau disambut oleh paman, sekaligus juga gurunya, yaitu Abdullah bin Umar Assegaf, beserta keluarganya. Kemudian beliau tinggal di kediaman Al-Arif BillahAl-Habib Syeikh bin Umar bin Saggaf Assegaf.Di kota Seiwun beliau belajar ilmu figih dan tasawuf kepada pamannya Al-Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Hiduplah beliaudibawah bimbingan gurunya itu. Bahkan beliau dibiasakan oleh gurunya untuk bangun malam dan shalat tahajud meskipun usia beliau masih kecil. Selain berguru kepada pamannya, beliau juga mengambil ilmu dari para ulama besar yang ada disana. Diantara guru-guru beliau disana antara lain :· Al-Habib Al-Qhutb Sulthanul Awliya Ali bin Muhammad Alhabsyi, penyusun kitab maulid “Simthud Duhror”. · Al-Habib Muhammad bin Ali Assegaf· Al-Habib Idrus bin Umar Alhabsyi· Al-Habib Ahmad bin Hasan Alatas· Al-Habib Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Almasyhur (Mufti Hadramaut saat itu).· Al-Habib Syeikh binIdrus AlaydrusAl-Habib Al-Qutub Ali binMuhamad Al Habsyi muallif Simtud Dhuror, sungguh telah melihat tanda-tanda kebesaran dalam diri Habib Abubakar dan akan menjadi seorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi. Al-Habib Ali Alhabsyi berkata kepada seorang muridnya,"Lihatlah mereka itu, 3 wali min auliyaillah, nama mereka sama, keadaan mereka sama, dan kedudukan mereka sama. Yang pertama, sudah berada di alam barzakh, yaitu Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alaydrus. Yang kedua, engkau sudah pernah melihatnya pada saat engkau masih kecil, yaitu Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alatas. Dan yang ketiga, engkau akan melihatnya di akhir umurmu". Mereka mencapai tingkatan maqam Sayidina Abu Bakar ash-shidiq.ra.Ketika usia murid tersebut sudah menginjak usia senja, ia bermimpi melihat Nabi SAW 5 kali dalam waktu 5 malam berturut-turut. Dalam mimpinya itu, Nabi SAW berkata kepadanya, "(terdapat kebenaran) bagi yang melihatku di setiap kali melihat. Kami telah hadapkan kepadamu cucu yang sholeh, yaitu Abubakar bin Muhammad Assegaf. Perhatikanlah ia".Murid tersebut sebelumnya belum pernah melihat Habib Abubakar, kecuali di mimpinya itu. Setelah ituingatlah ia dengan perkataan gurunya, Al-Habib Ali Alhabsyi,"Lihatlah mereka itu, 3 wali min auliyaillah...". Tidak lama setelah kejadian mimpinya itu, iapun meninggal dunia, persis sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Habib Ali bahwa ia akan melihat Habib Abubakar di akhir umurnya.Setelah menuntut ilmu disana, pada tahun 1302 H beliau pun akhirnya kembali ke pulau Jawa bersama Habib Alwi bin Saggaf Assegaf, dan menuju kota Besuki. Disinilah beliau mulai mensyiarkan dakwah Islamiyyah di kalangan masyarakat. Kemudian pada tahun 1305 H, disaat usia beliau masih 20 tahun, beliau pindah menuju kota Gresik.Di pulau Jawa, beliaupunmasih aktif mengambil ilmu dan manfaat dari ulama-ulama yang ada disana saat itu, diantaranya yaitu :· Al-Habib Quthb Aqthab Abdullah bin Muhsin Alatas (Bogor)· Al-Habib Quthb Abdullah bin Ali Alhaddad (wafat di Jombang)· Al-Habib Sulthanul Awliya Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas (Pekalongan)· Al-Habib Al-QhutubGhauts Abubakar bin Umar Bin Yahya (Surabaya)· Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya)· Al-Habib Muhammad bin Ahmad Almuhdhor (wafat di Surabaya)Pada suatu hari disaat menunaikan shalat Jum'at, datanglah ilhaamat rabbaniyyah kepada diri beliau untuk ber- uzlah dan mengasingkan diri dari keramaian duniawi dan godaannya, menghadap kebesaran Ilahiah, ber-tawajjuh kepada Sang Pencipta Alam, danmenyebut keagungan nama-Nya di dalam keheningan. Hal tersebutbeliau lakukan dengan penuh kesabaran dan ketabahan.Waktu pun berjalan demiwaktu, sehingga tak terasa sudah sampai 15 tahun lamanya. Beliau pun akhirnya mendapatkan ijin untuk keluar dari uzlahnya, melalui isyarat dari guru beliau, yaitu Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi. Berkata Al-Habib Muhammad binIdrus Alhabsyi, "Kami memohon dan ber-tawajjuh kepada Allah selama 3 malam berturut-turut untuk mengeluarkan Abubakar bin Muhammad Assegaf dari uzlahnya". Setelah keluar dari uzlahnya, beliau ditemani dengan Al-Habib Muhammad binIdrus Alhabsyi berziarah kepada Al-Imam Al-Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf.Sehabis ziarah, beliau dengan gurunya itu langsung menuju ke kotaSurabaya dan singgah di kediaman Al-Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Masyarakat Surabaya pun berbondong-bondong menyambut kedatangan beliau di rumah tersebut.Tak lama kemudian, Al-Habib Muhammad binIdrus Alhabsyi berkata kepada khalayak yang ada disana seraya menunjuk kepada Habib Abubakar, "Beliau adalahsuatu khazanah daripadakhazanah keluarga Ba'alawi. Kami membukakannya untuk kemanfaatan manusia, baik yang khusus maupun yang umum".Semenjak itu Habib Abubakar mulai membuka majlis taklim dan dzikir di kediamannya di kota Gresik. Masyarakat pun menyambut dakwah beliau dengan begitu antusias. Dakwah beliau tersebar luas...dakwah yang penuh ilmu dan ikhlas, semata-mata mencari ridhallah. Dalammajlisnya, beliau setidaknya telah mengkhatamkan kitab Ihya Ulumiddin sebanyak40 kali. Dan merupakan kebiasaan beliau, setiap kali dikhatamkannya pembacaan kitab tersebut, beliau mengundang jamuan kepada masyarakat luas.Suatu kisah ketika Al-Habib Alwy bin Ali bin Muhammad Al-Habsyi (Solo), putera Al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi (Seiwun), penyusun kitab Maulid Simthud Duhror, dan ayah dari Al-Habib Anis bin Alwy bin Ali bin Muhammad Al-Habsyi (Solo) datang ke Gresik ke kediaman Al-Habib Abu Bakar, Dalam majelis itu lalu dibacakan kumpulan mimpi Habib Alwi bin Abdullah Alaydrus yang tinggal di Pekalongan. Beliau pernah mimpi bertemu Rasulullah SAW. Dalam mimpinya beliau SAW berkata kepadanya, “Jika engkaurindu kepadaku, pandanglah wajah Abubakar bin Muhammad Assegaf sampai ke dagunya.”Kebetulan saat itu Sayyidiy Alwi duduk berhadapan dengan Habib Abubakar. Al-‘AmAbdulkadir bin Hadi meminta agar Sayyidiy Alwi duduk di samping Habib Abubakar. “Biarkan aku duduk di hadapan Habib Abubakar demi melaksanakan perintah Al-Musthofâ (rasulullah) saw dalam mimpi tadi,” kata Sayyidiy Alwi.Habib Abubakar berkata,“Seseorang bertanya kepadaku tentang hâl Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, gurunya. Aku jawab, Habib Ali bagaikan matahari. Yakni, nur, manfaat dan sikap shidqbeliau seperti matahari. Habib Ali telah memberikan manfaat kepada banyak hamba Allah. Setiap hamba memperoleh manfaat dan cahaya beliau ra. Semoga Allah meridhoi mereka semua, memberikita manfaat berkat mereka dan memberi kita karunia mereka, meskipun niat dan amal kita jauh dari niat dan amal mereka. Semoga Allah tidak mengharamkan kita dari kebaikan yang ada di sisi-Nya karena keburukan amal kita.”Abdulkadir bin Umar Maulakhela kemudian melantunkan syair HabibAli:Suara nyanyian, menghibur hatidengannya, hilang segala dukaSetelah qoshidah selesaidibawakan, Habib Abubakar bertanya, “Qoshidah siapa itu?” “Qoshidah Habib Ali,” jawab seseorang. Beliaulalu bercerita, “Ketika aku di Hadramaut, HabibAli memiliki hubungan yang sangat erat denganku. Pernikahankuyang pertama, beliaulah yang menikahkan dan membiayainya. Ketika aku hendak pergi ke Jawa, beliau berkata kepadaku, ‘Jika kau inginmenikah lagi, aku akan menikahkanmu.’ Namunaku tidak mau, beliau lalu mengizinkan aku pergi ke Jawa.” (Setelahdiam sesaat) Habib Abubakar melanjutkan, “Aku tidak berdiri, duduk,atau mengerjakan sesuatu, kecuali atas petunjuk beliau. Dan beliau selalu ada di dekatku.”Habib Abubakar berkata kepada Sayyidiy Alwi, “Kita semua berada dalam keberkahan ayahmu. Saat ini Habib Ali Al-Habsyi bersama kita di tempat ini. Dan setiap hari ia bersamaku di sini.”Di antara ucapan Habib Abubakar, semoga Allah memanjangkan umur beliau, karena ingin menyebut-nyebut nikmatAllah adalah sebagai berikut, “Saat aku sakit, Al-Musthofâ saw datangmenjengukku dan aku dalam keadaan sadar (yaqodhoh). Aku berpelukan dengan beliau di tempat ini. (sambil menunjuk tempat yang biasa beliaududuki) Sayidina Al-Faqîh Al-Muqoddam juga pernah datang ke tempat ini setelah sholatAshar dan aku dalam keadaan jaga. Aku sedang duduk di atas sajadah, tiba-tiba Sayidina Al-Faqîh Al-Muqoddam datang diapit dua orang lain. Salah seorang di antara mereka berkata, “Kenalkah kau orang ini?” katanya seraya menunjuk orang yang di tengah.“Tidak,” jawabku.“Beliau adalah kakekmu, Sayidina Al-Faqîh Al-Muqoddam,”kata orang itu.Semoga Allah meridhoi mereka semua dan memberi kita manfaat di dunia dan akhirat berkat mereka.Sayidina Al-Ârifbillâh, Nûruddîn, Imâmul Muttaqîn, Ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam kalam beliau berkata, “Ahwâl kaum arifin tidak bisa dijangkau akal manusia. Diperlukan iman dan kepasrahan (taslîm) untuk mempercayainya. Dan kami mempercayai dan membenarkannya.Imam Abu Qasim Al-Junaid.ra berkata:‘Membenarkan pengetahuan kami merupakan kewalian yang kecil.’Kami beriman kepada Allah dan segala sesuatuyang datang dari-Nya, dan dari Rasul-Nya saw serta keistimewaan-keistimewaan yang diberikan Allah kepada para wali-Nya. Semoga Allah tidak mengharamkan segala kebaikan yang ada di sisi-Nya karena keburukan kami. Kami hanya dapat berkata, “YaAllah, tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat,bukannya jalan orang-orang yang dimurkai danbukan pula jalannya orang-orang yang sesat.”Beliau adalah seorang yang ghirahnya begitu tinggi dalam mengikuti jalan, atribut dan akhlak keluarga dan Salafnya Saadah Bani Alawi. Majlis beliau senantiasa penuh dengan mudzakarah dan irsyad menuju jalan para pendahulunya. Majlis beliau tak pernah kosongdari pembacaan kitab-kitab mereka. Inilah perhatian beliau untuk tetap menjaga thoriqah salafnya dan berusaha berjalan diatas... qadaman ala qadamin bijiddin auza'i.Itulah yang beliau lakukan semasa hayatnya, mengajak manusia kepada kebesaran Ilahi. Waktu demi waktu berganti, sampai kepada suatu waktu dimana Allah memanggilnya. Disaat terakhir dari akhir hayatnya, beliau melakukan puasa selama 15 hari, dan setelah itu beliau pun menghadap ke haribaan Ilahi. Beliau wafat pada tahun 1376 H pada usia 91 tahun. Jasad beliau disemayamkan di sebelah masjid Jami, Gresik.Walaupun beliau sudah berpulang ke rahmatillah, kalam-kalam beliau masih terdengar dan membekas di hati para pendengarnya. Akhlak-akhlak beliau masih menggoreskan kesan mendalam di mata orang-orang yang melihatnya. Hal-ihwal beliau masih mengukir keindahan iman di kehidupan para pecintanya. Semoga shalawatnya merupakan wasilah kita kepada beliau.ra untuk wushul, sampai kehadirat Rabbul’izzati Allah Azza Wa Jalla.Radhiyallahu anhu wa ardhah... Allahumma Amin
Shalawat Al-Quthb Ghauts Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad As-SeqqafAllahumma shalli ‘alaa sayidina Muhammadin qamaril wujuudi fii hadzaal yawmi wa fii kulli yawmil maw’uudi sirran wa jahran fii dunyaa wal akhirati wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa sallim (10x)Dibaca sehabis sholat Subuh, setiap hari sebanyak sepuluh kali.Kami terima ijazah shalawat tersebut dari Al-Walid al-Arifbillah Al-Habib Seqqaf bin Abu Bakar bin Muhammad As-Seqqaf (Kraksan, Jawa Timur), putra beliau langsung, Al-Quthb Ghauts Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad As-Seqqaf.rhm (Gresik, Jawa Timur) dan juga dari Abah Al-Arifbillah Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan, Jawa Tengah), serta cucu dari Al-Habib Abu Bakar As-seqqaf – putra dari Al-Habib Seqqaf bin Abu Bakar bin Muhammad AS-Seqaf juga merupakan menantu dariAl-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, yakni Akhinabillah Al-Habib Zainal Abidin bin Seqqaf bin Abu Bakar bin Muhammad As-Seqqaf.
Wasiat dan Nasihat Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf"Ketahuilah bahwa Allah swt akan memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurut saya Allah swt niscaya akan mendatangkan segala nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah swt kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah swt yang sejati jika belum membersihkan hatinya!""Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini ( sambil menunjuk ke dada beliau )seperti rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka akan nampak nyaman dan hidup; namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak terawatt. Dzikirdan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati.""wahai Sadara-saudaraku, dengarkanlah apa yang dikatakan Habib Ali! Beliau meminta kepada kita untuk selalu meluangkan waktu menghadiri majlis-majlis semacam ini ( ta'lim, Zikir )! Ketahuilah bahwa menghadiri suatu majlis yang mulia akan dapat menghantarkan kita kepada suatu derajat yang tidak dapat dicapai oleh banyaknya amal kebajikan yang lain. Simaklah apa yang dikatakan guruku tadi!""Di zaman ini, hanya sedikit orang yang menunjukkan adab luhur dalam majlis. Jika ada seseorang yang datang, mereka berdiri dan bersalaman atau menghentikan bacaan, padahal orang itu dating ke majlis tersebut tidak lain untuk mendengarkan. Oleh karenanya, banyak aku jumpaiorang di zaman ini, jika datang seseorang, mereka berkata, "silahkan kemari" dan yang lain mengatakan juga "silahkan kemari" sedang orang yang duduk di samping mengipasinya.Gerakan-gerakan dan kegaduhan yang mereka timbulkan menghapus keberkahan majelis itu sendiri. Keberkahan majlis bisa diharapkan, apabilayang hadir beradab dan duduk di tempat yang mudah mereka capai. Jadi keberkahan majlis itu pada intinya adalah adab, sedangkan adab dan pengagungan itu letaknya di hati. Oleh karena itu, wahai saudara-saudarku, aku anjurkan kepada kalian, hadirilah majlis-majlis khoir ( baik ). Ajaklah anak-anak kalian kesana dan biasakan mereka untuk mendatanginya agar mereka menjadi anak-anak yang terdidik baik, lewat majlis-majlis yang baik pula!""Saat-saat ini aku jarang melihat santri-santri atau siswa-siswa madrasah yang menghargai ilmu. Banyak aku lihat mereka membawa mushaf atau kitab-kitab ilmu yang lain dengan cara tidak menghormatinya, menenteng atau membawa dibelakang punggungnya. Lebih dari itu mereka mendatangi tempat-tempat pendidikan yang tidak mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mencintai ilmu tapi mencintai nilai semata-mata. Mereka diajarkan pemikiran para filosof dan budaya pemikiran-pemikiran orang Yahudi dan Nasrani.""Apa yang akan terjadi pada generasi remaja masa kini? Ini tentu adalah tanggung jawab bersama. Al-Habib Ali pernah merasakan kekecewaan yang sama seperti yang aku rasa. Padahal di zaman beliau, aku melihat kota Seiwun dan Tarim sangat makmur, bahkan negeri Hadramaut dipenuhi dengan para penuntut ilmu yang beradab, berakhlaq, menghargai ilmu dan orang 'Alim. Bagaimana jika beliau mendapati anak-anak kita disini yang tidak menghargai ilmu dan para Ulama? Niscaya beliau akan menangis dengan air mata darah. Beliau menambahkan bahwa aku akan meletakkan para penuntut ilmu di atas kepalaku dan jika aku bertemu murid yang membawa bukunya dengan rasa adab, ingin rasanya aku menciun kedua matanya.""Aku teringat pada suatu kalam seorang shaleh yang mengatakan; Tidak ada yang menyebabkan manusia rugi, kecuali keengganan mereka mengkaji buku-buku sejarah Kaum Sholihin dan berkiblat pada buku-buku modern dengan pola pikirmoderat. Wahai saudara-saudarku! Ikutilah jalan orang-orang tua kita yang sholihin, sebab mereka adalah orang-orang suci yang beramal ikhlas. Ketahuilah Salaf kita tidak menyukai ilmu kecuali yang dapat membuahkan amal sholeh.""Aku teringat pada suatu untaian mutiara nasihat Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas yang mengatakan; Ilmu adalah alat, meskipun ilmu itu baik ( hasan ), tapi hanya alat bukan tujuan, oleh karenanya ilmu harus diiringi adab, akhlaq dan niat-niat yang sholeh. Ilmu demikianlah yang dapat mengantarkan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi.
"REFERENSI1.Manaqib Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Muhammad Assegaf.2.Ulama Pembawa Islam di Indonesiadan Sekitarnya, Muhammad Syamsu Assegaf
Sumber :
http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.in/2013/01/shalawat-habib-abu-bakar-gresik-qomarul.html
No comments:
Post a Comment