Kisah Nabi Hanzalah bin Sifwan AS
Nabi Hanzalah A.S. adalah salah seorang Nabi yang namanya tidak dicatatkan dalam Al Quran namun kisah masyarakat atau umat yang dibimbingnya telah terdapat dalam Al Quran. Nama penuhnya ialah Hanzalah bin Sifwan. Menurut Ibnu Katsir dalam karyanya, Qisas al Anbiya' telah menceritakan bahawa baginda telah diutuskan kepada satu kaum di Yaman untuk mengajak mereka supaya beriman kepada Allah S.W.T. Kisah mengenai masyarakat yang dibimbingnya terdapat dalam Al Quran surah Al Furqaan ayat 38 yang bermaksud : 'Dan (demikian juga Kami telah binasakan) Aad dan Thamud serta Ashaabur-Rassyi dan banyak lagi dalam zaman-zaman di antara masa yang tersebut itu'.
Nabi Hanzalah A.S. adalah salah seorang Nabi yang namanya tidak dicatatkan dalam Al Quran namun kisah masyarakat atau umat yang dibimbingnya telah terdapat dalam Al Quran. Nama penuhnya ialah Hanzalah bin Sifwan. Menurut Ibnu Katsir dalam karyanya, Qisas al Anbiya' telah menceritakan bahawa baginda telah diutuskan kepada satu kaum di Yaman untuk mengajak mereka supaya beriman kepada Allah S.W.T. Kisah mengenai masyarakat yang dibimbingnya terdapat dalam Al Quran surah Al Furqaan ayat 38 yang bermaksud : 'Dan (demikian juga Kami telah binasakan) Aad dan Thamud serta Ashaabur-Rassyi dan banyak lagi dalam zaman-zaman di antara masa yang tersebut itu'.
Dicampakkan ke dalam sumur
Menurut pendapat kebanyakan ulama', kaum Ashaabur-Rassyi merupakan kaum yang diajak oleh Nabi Hanzalah A.S. untuk beriman kepada Allah S.W.T. Mereka adalah penduduk di sebuah negeri yang sekarang ini terletak di Yaman. Sesetengah pendapat mengatakan bahwa mereka tinggal berhampiran dengan kaum Thamud. Mereka dikenali sebagai masyarakat Ar-Rass karena tempat tinggal mereka terkenal dengan sumur atau mata air dan nama Ar-Rass juga bermaksud sumur atau mata air. Mereka juga digelarkan sebagai masyarakat penjaga sumur. Terdapat juga cendekiawan muslim mengatakan Ar-Rass itu adalah sebuah bandar. Namun seperti para nabi dan Rasul yang lain, dakwah yang dibawa oleh nabi ini tidak disenangi oleh penduduk Ashaabur-Rassyi sehinggakan mereka telah membunuh nabi ini dengan mencampakkannya ke dalam perigi dan seterusnya mereka telah menerima azab yang pedih dari Allah S.W.T seperti kaum Aad, Thamud serta kaum nabi Nuh yang dihilangkan mereka dari muka bumi Allah S.W.T. seperti firman Allah S.W.T. pada ayat 39 surah Al Furqaan yang bermaksud : 'Dan masing-masing, telah Kami berikan kepadanya contoh tauladan yang mendatangkan iktibar, dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya'.
Demikianlah kisah mengenai Nabi Hanzalah as.
Menurut pendapat kebanyakan ulama', kaum Ashaabur-Rassyi merupakan kaum yang diajak oleh Nabi Hanzalah A.S. untuk beriman kepada Allah S.W.T. Mereka adalah penduduk di sebuah negeri yang sekarang ini terletak di Yaman. Sesetengah pendapat mengatakan bahwa mereka tinggal berhampiran dengan kaum Thamud. Mereka dikenali sebagai masyarakat Ar-Rass karena tempat tinggal mereka terkenal dengan sumur atau mata air dan nama Ar-Rass juga bermaksud sumur atau mata air. Mereka juga digelarkan sebagai masyarakat penjaga sumur. Terdapat juga cendekiawan muslim mengatakan Ar-Rass itu adalah sebuah bandar. Namun seperti para nabi dan Rasul yang lain, dakwah yang dibawa oleh nabi ini tidak disenangi oleh penduduk Ashaabur-Rassyi sehinggakan mereka telah membunuh nabi ini dengan mencampakkannya ke dalam perigi dan seterusnya mereka telah menerima azab yang pedih dari Allah S.W.T seperti kaum Aad, Thamud serta kaum nabi Nuh yang dihilangkan mereka dari muka bumi Allah S.W.T. seperti firman Allah S.W.T. pada ayat 39 surah Al Furqaan yang bermaksud : 'Dan masing-masing, telah Kami berikan kepadanya contoh tauladan yang mendatangkan iktibar, dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya'.
Demikianlah kisah mengenai Nabi Hanzalah as.
Tambahan
Dakwah Nabi Hanzhalah ‘Alaihis Salam dan Wafatnya Beliau di Tangan Penduduk Rass
“Dan (telah Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.” (QS. Al-Furqan : 38)
“Dan (telah Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.” (QS. Al-Furqan : 38)
Menurut hadits yang sangat panjang dari penjelasan Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu mengenai Ashabur Rass. Kaum Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanobar, yang diberi nama Syah Dirakht, secara bahasa memiliki arti "Raja Pohon". Dikatakan bahwa yang pertama kali menanam pohon itu adalah Yafits bin Nuh pasca badai topan di tepian mata air, mata air tersebut dikenal dengan sebutan Rowsyan Oub. Kaum Rass memiliki dua belas desa yang makmur di tepian sungai yang dinamakan Rass. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr, dan Syahriwar kemudian nama-nama desa tersebut oleh Bangsa Persia dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan mereka.
Penduduk desa tersebut menanam pohon sanobar di tiap-tiap desa. Mereka mengairinya dengan irigasi yang berpusat di pohon sanobar tersebut. Mereka juga mengharamkan diri untuk minum dari air tersebut, baik untuk diri mereka atau ternak mereka. Mereka mebuat aturan siapa yang meminumnya, maka akan dibunuh. Mereka meyakini, bahwa pohon sanobar tersebut dianggap sebagai Hayatul Ilahiyah (Kehidupan Ketuhanan), maka terlarang bagi siapapun untuk mengambil kehidupannya.
Mereka selalu mengadakan acara sehari dalam satu bulan sebagai hari besar untuk membuat persembahan bagi masing-masing desa. Pada hari raya itu, mereka keluar menuju pohon sanobar dengan membawa hewan-hewan kurban, menyembelihnya, kemudian membakarnya. Ketika asap pembakaran tersebut naik keatas, mereka bersujud kepada pohon tersebut, menangis, dan mengadakan permohonan.
Bahkan, ketika hari raya tersebut mencapai puncaknya, yaitu hari raya yang mereka sebut Isfandr, Setelah kekafiran mereka berlangsung lama, kemudian seorang rasul diutus kepada mereka dari Bani Israil dari keturunan Yahuda. Lalu, rasul itu mengajak kepada kaum Rass untuk menyembah Allah subhanahu wa ta’ala dan meninggalkan kesyirikan.
Ibnu Katsir rahimahullah menuliskan bahwa, menurut kisah dari Ibnu Hamid meriwayatkan dari Salamah dari Muhammad bin Ishaq, ia meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qurodhi bahwa setelah Allah subhanahu wa ta’ala mengutus seorang nabi ke sebuah desa, maka tidak ada satu pun penduduknya mau beriman, kecuali seorang budak berkulit hitam.
Setelah Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam memberikan dakwahnya, maka penduduk desa geram, dan mereka berencana untuk melemparkannya ke dalam sumur, kemudian menutupnya dengan batu besar. Mereka berhasil menangkap Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam dan melemparkannya ke dalam sumur, dengan harapan mati secara perlahan.
Budak hitam itu melihat kejadian tersebut, hanya bisa menolong Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam dengan cara memberinya makan, kemudian menutup kembali sumur tersebut. Kejadian ini ia lakukan setiap habis mencari kayu bakar di hutan.
Pada suatu hari budak hitam itu setelah mencari kayu bakar, ia merasakan lelah dan mengantuk, sehingga ia pun merebahkan diri untuk melepas lelah. Dalam kisah ini disebutkan ia tertidur selama tujuh tahun lamanya, sehingga ia tidak sempat lagi memberi makan Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam.
Budak itu hanya menyangka ia tertidur hanya sebentar. Ketika ia hendak memberi makan Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam, ia tidak menemukannya di dalam sumur, dan sebelumnya telah terjadi sebuah peristiwa yang menimpa penduduk Rass, kemudian sebagian sisa yang masih hidup mengeluarkan Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam dari sumur tersebut. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6 hal. 112 dan Al-Alusi, Jilid 14 hal. 97).
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa budak tersebut di adalah budak yang pertama kali masuk surga. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lalu nabi kaum tersebut menanyakan keberadaan budak tentang apa yang dilakukannya? Kaumnya menjawab: Kami tidak tahu. Sampai Allah mencabut ruh nabi tersebut. Setelah wafatnya Nabi tersebutlah Allah membangunkan si budak hitam tersebut dari tidurnya. Rasulullah bersabda: Budak hitam tersebut adalah orang yang pertama kali masuk surga." (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6 hal. 111, Al-Alusi Jilid 14 hal. 97, Tafsir Ath-Thobari, Jilid 19 hal. 269 dan Tafsir Al-Qurthubi, Jilid 13 hal. 32)
Nabi Hanzhalah ‘Alaihis Salam dan Burung Anqa’
Aku telah belajar banyak dari anak-anak zaman
Mereka tidak bisa dijadikan sahabat
Tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan
Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga
Raksasa, Anqa’, dan sahabat yang sempurna
Aku telah belajar banyak dari anak-anak zaman
Mereka tidak bisa dijadikan sahabat
Tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan
Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga
Raksasa, Anqa’, dan sahabat yang sempurna
Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Penduduk Rass yang dikisahkan sebagai kaum penyembah berhala yang tinggal dekat dengan telaga. Dikisahkan bahwa ketika Dzul Qarnain mengelilingi berbagai negeri dan memasuki kota Rass, dia menemukan rajanya, penduduknya, wanitanya, anak-anaknya, hewan-hewannya, barang-barangnya, pepohonannya, dan buah-buahnya, semuanya menjadi batu hitam.
Dikatakan bahwa Hanzhalah bin Shafwan seorang rasul dari Bani Israil, keturunan Yahuda. Menurut Ibnu Hazm rahimahullah, ia meriwayatkan bahwa Qahtan memiliki 10 anak. Semua kesepuluh putranya tak pernah memiliki pewarisnya. Dua lainnya dari anak-anaknya telah memasuki marga Himyar. Jadi, diriwayatkan bahwa salah satu anak yang masuk klan Himyar dikenal sebagai Al-Harits bin Qahtan. Kemudian ia memiliki anak yang dikenal sebagai Al-'Asur, kemudian ia memiliki keturunan Hanzhalah bin Safwan. Jadi silsilah lengkapnya adalah Hanzhalah bin Safwan (Al-'Asur) bin Al-Harits bin Qahtan.
Menurut kisah dari Al-Kisa’i rahimahullah bahwa di kota dimana Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam tinggal tersebut, ada sebuah gunung tinggi yang bernama Gunung Falaj. Gunung tersebut dijadikan tempat berlindung sejenis burung yang sangat besar yang diberi nama Anqa’. Menurut manuskrip kuno berupa teks Arab kuno dari Timur Tengah, legenda burung kolosal ini dikisahkan memiliki tubuh sangatlah besar, sehingga sanggup membawa seekor gajah dengan cakarnya yang tajam. Sumber-sumber kuno ini menjelaskan bahwa burung Anqaʾ pernah dipercaya sebagai makhluk mulia yang diciptakan oleh Tuhan.
Al-Kisa'i rahimahullah mengisahkan apabila burung itu terbang, ia bisa menutupi matahari seperti layaknya awan. Lehernya seperti leher unta, memiliki empat sayap, dua panjang dan dua lagi pendek. Bulunya berwarna-warni, suka mengangkat kuda, unta, gajah yang mati, dan binatang yang lainnya dengan cakarnya dan membawanya ke gunung tempat berdiamnya
Meskipun binatang ini mengambil peran yang menyenangkan dan ketika ia mulai sembarangan menangkap mangsa, burung tersebut mulai beralih memangsa manusia, khususnya anak-anak. Ketika hal itu sering terjadi Penduduk Rass melaporkan hal ini kepada Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam, Nabi Hanzhalah ‘alaihis salam pun memohon do'a kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar memusnahkan burung besar itu. Dia berdoa, “Ya Allah, matikanlah binatang tersebut dan putuskanlah keturunannya.” Setelah itu, burung besar tersebut jatuh kemudian terbakar bersama anak-anaknya hingga tak ada lagi bentuknya.
Sebagian orang Arab mengingkari keberadaan binatang bernama Anqa’ ini. Menurut mereka, burung itu hanyalah sebuah cerita yang dikarang oleh orang-orang Arab terdahulu, akan tetapi di dalam hal ini ada sebuah syair yang menyatakan keberadaannya, di mana bangsa Arab yang selalu menceritakan segala sesuatu dengan syair. Berikut adalah syair yang pernah ditulis :
Aku telah belajar banyak dari anak-anak zaman
Mereka tidak bisa dijadikan sahabat
Tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan
Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga
Raksasa, Anqa’, dan sahabat yang sempurna
Mereka tidak bisa dijadikan sahabat
Tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan
Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga
Raksasa, Anqa’, dan sahabat yang sempurna
sumber :
http://bancakanberkat.blogspot.com
http://www.sharingseputarislam.com/2016/07/nabi-hanzhalah-alaihis-salam-dan-burung.html
No comments:
Post a Comment