النعيمان ابن عمرو الأنصاري
An-Nu'aiman ibnu Amr Al-Ansary) atau Nu'aiman adalah salah seorang sahabat Nabi yang merupakan penduduk Madinah dari kalangan kaum Ansar. Pada waktu perang Badar, dia turut berjihad bersama Rasulullah s.a.w, Di kalangan para sahabat, Nu'aiman terkenal sebagai sahabat yang suka bergurau, sehingga disabdakan baginda:“ Nu'aiman akan masuk syurga sambil tertawa, kerana dia suka membuat ku tertawa".[1]
Latar Belakang Walaupun diketahui beliau berperang dalam peperangan Badar, Uhud, Khandaq dan perang utama yang lain, Nu'ayman terkenal sebagai seorang yang berhati ringan, cepat menjawab dan suka bergurau dengan orang lain termasuk Rasulullah s.a.w. Tiada sejarah lahir yang dicatatkan tentang sahabat ini tetapi sahabat ini meninggal dunia pada tahun 652 M.
Beliau berasal dari Bani an-Najjar Madinah dan beliau adalah antara umat Islam yang awal di bandar ini. Beliau adalah salah seorang daripada orang-orang yang berjanji setia kepada Rasulullah s.a.w, pada Perjanjian Aqabah Kedua.
Beliau menjalinkan hubungan dengan Quraisy apabila menikah dengan saudara perempuan Abdur Rahman ibn Auf dan kemudian, Ummu Kultsum binti Uqbah ibn Mu'ayt.
Beliau telah mendapat perceraian daripada suaminya az-Zubayr ibn al-Awwam atas dakwaan kekerasan sikap beliau.
Malangnya, an-Nuayman pernah menjadi pemabuk semasa zaman Rasulullah s.a.w. Beliau telah ditangkap dan Nabi telah mengarahkannya dipukul.
Beliau juga telah ditangkap kedua kalinya dan kemudian dipukul lagi. karena dia masih belum bisa menghentikan kebiasaan mabuknya itu, Nabi s.a.w memerintahkan supaya dia dipukul dengan cambuk, Apabila beliau tidak berhenti minum, Rasulullah akhirnya berkata: "Jika dia kembali (meminum arak lagi) maka bunuhlah dia.
"Pengumuman ini tersebar luas dan Umayr, salah seorang sahabat Nabi, memahami jika dia kembali ke minum arak, an-Nuayman akan keluar dari keberadaan Islam dan dihukum mati.
Umayr menjadi terlalu marah dan kebencian dengan berkata: "Laknatullah alayhi - semoga Allah melaknatinya". Rasulullah yang mendengar pernyataan Umayr itu terus berkata, "Jangan, jangan, jangan melakukan (seperti itu).
Sesungguhnya dia (iaitu Nu'ayman) seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dosa besar (seperti ini) tidak bisa mengeluarkan seseorang dari rahmat Allah s.w.t
Meskipun begitu, baginda Rasul masih menaruh harapan untuk Nuayman memperbaiki diri karena disebabkan pengorbanannya di masa lalu sebagai seorang veteran perang Badar.
dia mengakui kekhilafannya dan bertaubat dan memohon keampunan daripada Allah. Inilah yang beliau lakukan dan beliau mendapat perhatian Nabi s.a.w dan para sahabat yang menikmati senda gurau dan ketawa beliau.
Aisyahr.a. berkata: "Jika Rasulullah SAW berada di rumah, dialah orang yang paling murah senyum dan ketawa"
.Ali bin Abi Talib menceritakan bahwa Rasulullah selalu kelihatan ceria, tenang dan santai, banyak tersenyum di hadapan para sahabat, semangat dan kagum dengan pembicaraan mereka, kadang kala tertawa sehingga terlihat gigi gerahamnya.[2]
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi s.a.w adalah orang yang murah senyum dan berhati bersih.
Sebahagian sahabat mengatakan bahwa gelak ketawa Nabi s.a.w hanya sekadar tersenyum, namun sebahagian yang lain mengisahkan bahawa kadang kala baginda tertawa sehingga terlihat gigi gerahamnya.
Namun yang jelas, ketika tertawa, baginda selalu menutup mulutnya dengan telapak tangan.[3]
Baginda juga berpesan kepada para sahabat untuk sesekali menghibur jiwa dan hati.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa baginda bersabda: "istirahatkanlah hati kamu sesaat demi sesaat, kerana apabila hati telah tumpul (letih) maka ia akan buta".
Pada waktu yang lain, baginda juga bersabda : "Orang yang tidak bergembira dan tidak membuat orang lain gembira, adalah orang yang tidak memiliki kebaikan".[4]
Rasulullah banyak menerima gurauan Nu'aiman tetapi dengan perkara yang tidak melampaui batas.
Setiap kali gurauan Nu'aiman diajukan kepada baginda, baginda akan menyiasati dahulu sebab dilakukan dengan bertanya dan tindak balas baginda terhadap jawaban tersebut menggambarkan keperibadian baginda yang penyabar.
Kisah gurauan Sakit mata
Pada suatu ketika Rasulullah mengunjungi Nu'aiman yang sedang sakit mata. Rasul melihat ia sedang asyik makan kurma.
Baginda kemudian mengajukan pertanyaan kepadanya, "Bolehkah kamu makan kurma, sedangkan matamu sedang sakit?" Nu'aiman menjawab, " Saya makan menggunakan mata yang satu lagi". Mendengar jawapan Nu'aiman ini, Rasul tertawa sehingga kelihatan gigi gerahamnya.[5]
Muslihat hadiah Pada suatu hari, Nu'aiman memberi madu kepada Rasulullah SAW sebagai hadiah.
Madu itu dibeli daripada orang kampung. Ketika dia memberikan madu itu kepada Rasulullah, dia membawa bersamanya penjual madu tersebut.
Tanpa pengetahuan Rasulullah, Nu'aiman menyuruh penjual tersebut meminta uang dari Rasulullah sebagai ganti harga madu itu.
Dan ketika Rasulullah SAW sedang membagikan madu itu kepada para sahabat yang hadir di rumahnya, penjual tersebut berteriak, "Bayarlah harga maduku itu?" Kemudian Rasulullah berkata, "Ini pasti ulah Nu'aiman".
Kemudian Rasulullah memanggilnya dan bertanya, "Mengapa kamu lakukan hal ini?"
Nu'aiman menjawab, "Saya ingin memberikan hadiah kepadamu wahai Rasulullah. Saya tidak mempunyai apa-apa ".
Rasulullah pun tersenyum dan orang sekeliling baginda turut tertawa dan akhirnya baginda memberi uang kepada penjual tersebut.[6]
Nu'aiman mendapat dua kebaikan yaitu dengan Rasulullah dan orang sekeliling baginda menikmati canda tawa yang enak dan menggembirakan orang lain.
Sembelihan
Ada seorang lelaki datang dari kampung terus ingin menghadap Rasulullah (kemudian masuk ke dalam masjid).
Dia meninggalkan untanya di halaman. Ada sebahagian sahabat yang berkata kepada Nu'aiman, "Sembelihlah hewan itu kemudian kita makan dagingnya bersama-sama.
Kami ingin sangat makan daging ketika ini. Nanti uang ganti ruginya biar Rasulullah yang membayarnya."
Nu'aiman menyetujui permintaan sahabat itu dan akhirnya dia menyembelih hewan tersebut.
Ketika orang kampung itu keluar dari masjid, dia terkejut dan menjerit kerana hewan tunggangannya mati.
Rasulullah pun keluar rumah dan bertanya,"Siapa yang melakukan hal ini?"Para sahabat menjawab, "Nu'aiman, wahai Rasul".
Kemudian Rasulullah mencari Nu'aiman dan menjumpainya sedang bersembunyi di sebalik pelepah kurma di dalam parit tidak jauh dari rumah Duba'ah bin al-Zubair bin 'Abd al-Muttalib.
Rasulullah dapat menemui karena ada seorang yang memberitahu tempat persembunyian Nu'aiman.
Kemudian Rasulullah menyuruhnya keluar, dan melihat wajah Nu'aiman penuh dengan debu.
Rasulullah bertanya kepadanya, "Mengapa kamu melakukan hal ini?" Nu'aiman menjawab, "Orang-orang yang menunjukan tempat aku bersembunyilah yang menyuruhku melakukan hal ini wahai Rasulullah".
Setelah mendengar jawapan itu, Rasulullah membuang debu yang ada di wajah Nu'aiman dengan senyuman, kemudian Baginda mengganti harga unta yang telah disembelih itu.[7]
Jualan Budak
Pada suatu ketika Abu Bakar dan beberapa sahabat pergi berdagangan ke Busra.
orang yang berada dalam rombongan perjalanan tersebut telah diberikan tugasnya masing-masing.
orang yang berada dalam rombongan perjalanan tersebut telah diberikan tugasnya masing-masing.
Suwaybit ibn Harmalah telah dipertanggung jawabkan untuk menjaga bekal makanan.
An-Nuayman adalah salah satu orang dari rombongan itu dan dalam perjalanan tersebut, beliau merasa lapar dan meminta Suwaybit untuk makanan.
Suwaybit enggan dan an-Nuayman berkata kepadanya," Apakah kamu tahu apa yang aku akan lakukan kepadamu ?" dan terus memberi ancaman tetapi Suwaybit menolak menolaknya.
An-Nuayman kemudian pergi kepada sekumpulan orang-orang Arab di Suq (pasar) dan berkata kepada mereka,"Apakah ada diantara kalian yang ingin mempunyai budak yang kuat dan tegap, karena aku akan menjualnya.
Mereka setuju dan an-Nuayman meneruskan, "Dia itu pandai bicara dan sangat keras kepala.
Dia akan menentang anda dan berkata, 'Saya orang yang bebas' tapi janganlah dengar omongannya itu.
"Orang tersebut membayar harga hamba - sepuluh qala'is (keping emas) dan an-Nuayman menerimanya dan transaksi berjalan dengan lancar sekali seperti tidak ada tipu muslihat di baliknya.
Pembeli mengikuti beliau untuk mengambil budaknya.
Nuayman terus menunjuk ke Suwaybit dan berkata: "Inilah budak yang aku jual kepada anda."
Lelaki tersebut memegang Suwaybit dan terus dia berteriak dan berontak.
Saya Suwaybit ibn Harmalah..."Tetapi mereka tidak menghiraukannya dan menyeretnya seperti yang biasa dilakukan kepada seorang budak pada umumnya.
Selama kejadian itu, an-Nuayman tidak tertawa sedikitpun.
Beliau tenang dan benar-benar serius manakala Suwaybit terus berontak. Salah seorang pedagang yang satu rombongan dengan Suwaybit menyadari apa yang terjadi, kemudian segera mencari Abu Bakar, pemimpin kafilah itu.
Beliau menjelaskan kepada pembeli apa yang sebenarnya dan supaya mereka membebaskan Suwaybit dan mengembalikan uang mereka.
Abu Bakar kemudian tertawa terbahak-bahak dan begitu juga Suwaybit dan an-Nuayman. Ketika kembali di Madinah, kisah itu diceritakan kepada Nabi s.a.w dan para sahabat, mereka semua ikut tertawa.
Suwaybit enggan dan an-Nuayman berkata kepadanya," Apakah kamu tahu apa yang aku akan lakukan kepadamu ?" dan terus memberi ancaman tetapi Suwaybit menolak menolaknya.
An-Nuayman kemudian pergi kepada sekumpulan orang-orang Arab di Suq (pasar) dan berkata kepada mereka,"Apakah ada diantara kalian yang ingin mempunyai budak yang kuat dan tegap, karena aku akan menjualnya.
Mereka setuju dan an-Nuayman meneruskan, "Dia itu pandai bicara dan sangat keras kepala.
Dia akan menentang anda dan berkata, 'Saya orang yang bebas' tapi janganlah dengar omongannya itu.
"Orang tersebut membayar harga hamba - sepuluh qala'is (keping emas) dan an-Nuayman menerimanya dan transaksi berjalan dengan lancar sekali seperti tidak ada tipu muslihat di baliknya.
Pembeli mengikuti beliau untuk mengambil budaknya.
Nuayman terus menunjuk ke Suwaybit dan berkata: "Inilah budak yang aku jual kepada anda."
Lelaki tersebut memegang Suwaybit dan terus dia berteriak dan berontak.
Saya Suwaybit ibn Harmalah..."Tetapi mereka tidak menghiraukannya dan menyeretnya seperti yang biasa dilakukan kepada seorang budak pada umumnya.
Selama kejadian itu, an-Nuayman tidak tertawa sedikitpun.
Beliau tenang dan benar-benar serius manakala Suwaybit terus berontak. Salah seorang pedagang yang satu rombongan dengan Suwaybit menyadari apa yang terjadi, kemudian segera mencari Abu Bakar, pemimpin kafilah itu.
Beliau menjelaskan kepada pembeli apa yang sebenarnya dan supaya mereka membebaskan Suwaybit dan mengembalikan uang mereka.
Abu Bakar kemudian tertawa terbahak-bahak dan begitu juga Suwaybit dan an-Nuayman. Ketika kembali di Madinah, kisah itu diceritakan kepada Nabi s.a.w dan para sahabat, mereka semua ikut tertawa.
Ada pula kisah Nu'aiman pada zaman Khalifah Utsman bin Affan. Seorang buta yaitu Makhrumah bin Naufal yang berusia 115 tahun, dia berdiri di masjid untuk kencing.
Para sahabat berteriak, "masjid, masjid!" Maka Nu'aiman membimbing tangannya membawa ke satu tempat lain masjid.
Setelah itu Nu'aiman berkata kepadanya, "kencinglah di sini.
"Maka para sahabat berteriak lagi dan Makhrumah berkata, "Celaka kamu!" Siapakah yang membawaku ke tempat ini?
Mereka menjawab, "Nu'aiman!" Makhrumah berkata, "Sungguh jika aku beruntung, aku akan pukul dengan tongkatku!"
Nu'aiman datang lagi kepada Makhrumah selang beberapa hari kemudian. Kali ini Nu'aiman membuat suara lain, agar Makhrumah tidak tahu bahwa itu adalah Nu'aiman.
Nu'aiman bertanya kepada Makhrumah, "Apakah kamu inginkan Nu'aiman?"
Makhrumah mengiyakannya, lantas Nu'aiman membawa orang buta tersebut kepada Sayidina Utsman yang sedang solat dalam masjid.
Nu'aiman berkata, "Di depan mu itu adalah Nu'aiman." Makhrumah pun terus memukul orang yang disangkanya Nu'aiman itu, tetapi rupa-rupanya adalah Khalifah Utsman bin Affan.
Sahabat-sahabat berteriak, "Kamu telah memukul Amirul Mukminin!" Bayangkan kenakalan Nu'aiman, sehinggakan khalifah (pemerintah) pun terkena keusilannya. Akan tetapi orang tidak marah dengan Nu'aiman, kerana masing-masing sudah tahu tentang kelucuannya.
Para sahabat berteriak, "masjid, masjid!" Maka Nu'aiman membimbing tangannya membawa ke satu tempat lain masjid.
Setelah itu Nu'aiman berkata kepadanya, "kencinglah di sini.
"Maka para sahabat berteriak lagi dan Makhrumah berkata, "Celaka kamu!" Siapakah yang membawaku ke tempat ini?
Mereka menjawab, "Nu'aiman!" Makhrumah berkata, "Sungguh jika aku beruntung, aku akan pukul dengan tongkatku!"
Nu'aiman datang lagi kepada Makhrumah selang beberapa hari kemudian. Kali ini Nu'aiman membuat suara lain, agar Makhrumah tidak tahu bahwa itu adalah Nu'aiman.
Nu'aiman bertanya kepada Makhrumah, "Apakah kamu inginkan Nu'aiman?"
Makhrumah mengiyakannya, lantas Nu'aiman membawa orang buta tersebut kepada Sayidina Utsman yang sedang solat dalam masjid.
Nu'aiman berkata, "Di depan mu itu adalah Nu'aiman." Makhrumah pun terus memukul orang yang disangkanya Nu'aiman itu, tetapi rupa-rupanya adalah Khalifah Utsman bin Affan.
Sahabat-sahabat berteriak, "Kamu telah memukul Amirul Mukminin!" Bayangkan kenakalan Nu'aiman, sehinggakan khalifah (pemerintah) pun terkena keusilannya. Akan tetapi orang tidak marah dengan Nu'aiman, kerana masing-masing sudah tahu tentang kelucuannya.
Rujukan
1.^El-İkdul-Ferid (ISBN: 2103426717960)
2.^Ihya' Ulum al-Din (2/325)
3.^Kanz al-'Ummul (4/27)
4.^Nihayah al-Irb, (4/1)
5.^Al-'Aqd al-Farid, (6/381)
6.^Al-Isti'ab, (Hal. 1529)
7.^al-Sirah al-Halabiyyah, (2/375)
1.^El-İkdul-Ferid (ISBN: 2103426717960)
2.^Ihya' Ulum al-Din (2/325)
3.^Kanz al-'Ummul (4/27)
4.^Nihayah al-Irb, (4/1)
5.^Al-'Aqd al-Farid, (6/381)
6.^Al-Isti'ab, (Hal. 1529)
7.^al-Sirah al-Halabiyyah, (2/375)
No comments:
Post a Comment